Skip to main content

Kreativitas Sebaiknya tak Distrukturkan

SUDAH setahun terakhir, Center for Innovation, Enterpreneurship & Leadership (CIEL) yang merupakan bagian dari Sekolah Bisnis Manajemen ITB, melakukan pemetaan terhadap industri kreatif. Lembaga ini bekerja sama dengan Deperindag Provinsi Jawa Barat untuk merancang stategi pengembangan industri kreatif di Jawa Barat.


”Kalau melihat karakter secara umum dari usaha kecil ini, sebenarnya kan lebih ke bagaimana mereka survive, bagaimana hidup hari ini sehingga tidak banyak pengembangan dari sisi kreativitasnya dalam rangka mengembangkan produk-produk yang unik dan bisnisnya,” tambah Direktur CIEL, Dwi Larso.


Salah satu upaya yang dilakukan CIEL dalam mengatasi persoalan mendasar ini adalah menggagas pusat pengembangan desain untuk membantu para pelaku industri kecil mengembangkan produk-produknya. ”Cuma yang masih belum jelas metodenya adalah bagaimana transfer pengetahuannya kepada para pelaku ini,” ungkap Dwi Larso.


Bagian Research dan Services CIEL, Leo Aldianto memandang ada dua kondisi berbeda dalam bidang ini. ”Apa yang kita teliti belakangan ini justru ekstrem satunya, yaitu industri yang dikembangkan oleh anak-anak muda Bandung yang justru tidak kekurangan kreativitasnya, semangat itu yang kita lihat dari anak-anak muda itu,” ujarnya.


Dwi Larso juga menambahkan, ”Untuk teman-teman yang indie ini kalau menurut saya tidak perlu direcoki. Tinggal bagaimana memikirkan caranya bersinergi apa yang bisa saling membantu, tapi kalau kreativitasnya jangan sampai distrukturkan, karena begitu distrukturkan nanti akan repot.”


”Sebenarnya untuk kondisi Bandung saya tidak ragu. Karena yang penting adalah bagaimana para pelaku-pelaku ini terkait dan pemerintah bisa memberikan keleluasaan untuk ruang gerak mereka juga,” kata Dwi Larso. ”Yang tidak kalah penting juga, bagaimana kreativitas itu dipertahankan, karena faktor-faktor seperti manajemen itu sebenarnya mengikuti. Manajemen diperlukan ketika usaha itu akan dikembangkan,” tambah Dwi.


Berdasarkan pengukuran daya saing Jawa Barat yang dilakukan oleh CIEL SBM-Institut Teknologi Bandung (ITB), bekerja sama dengan Dinas Perindag Jabar dan Senada-USAID 2006, ternyata peringkat daya saing Provinsi Jabar (bila menjadi sebuah negara tersendiri) berada di urutan ke-85 dari 118 negara.


Indonesia saja yang dirasa tingkat korupsinya masih tinggi, daya saingnya berdasarkan WEF ada di urutan ke-50 dari 125 negara. Bila melihat ”negara” Provinsi Jawa Barat yang berada di urutan 85, menunjukkan betapa tidak kompetitifnya iklim usaha di Jabar. Karena itu studi ini dirancang untuk mengambil foto atas kondisi daya saing Jabar.


Hal yang menurut Leo Aldianto perlu disepakati bersama dalam pengembangan industri kreatif ini adalah kreativitas sebagai modal utamanya. ”Kreativitas ini penting kalau kita mau bersaing dengan negara-negara yang sudah lebih dulu bergerak di industri kreatif. Berapa jauh kita harus menyusul kalau kita ingin bersaing di bidang teknologi, rasanya masih jauh. Tapi kalau bersaing dalam hal seni atau kerajinan, Asia atau Indonesia kan punya kekuatan itu, jadi sekarang ini kesempatan bagi kita untuk bisa menunjukkan kekuatan itu.” (Tarlen Handayani)***

tulisan ini bagian dari suplemen Selisik, Pikiran Rakyat, 16 september 2007

Comments

Popular posts from this blog

Menjadi Penjilid dan Perjalanan Menemukan Fokus

Playing The Building, foto vitarlenology 2008 Suatu hari, ketika berkunjung untuk pertama kalinya ke markas besar Etsy, di Brooklyn, NYC, tahun 2008, Vanessa Bertonzi yang saat itu bekerja sebagai humasnya Etsy, bertanya padaku "Setelah pulang dari Amerika, apa yang akan kamu lakukan?" Saat itu spontan aku menjawab, "Aku mau jadi desainer stationery." Padahal, aku belum sekalipun punya pengalaman ikut kelas menjilid buku atau hal-hal yang sifatnya mengasah keterampilanku menjilid buku.  Jawabanku lebih didasarkan pada kesukaanku akan stationery terutama sekali notebook dan alat-alat tulis. Desain Stationery seperti apa yang ingin aku buat, itupun masih kabur. Namun rupanya, jawabanku itu seperti mantra untuk diriku sendiri dan patok yang ditancapkan, bahwa perjalanan fokusku dimulai dari situ. Menemukan kelas book binding di Etsy Lab pada saat itu, seperti terminal awal yang akhirnya membawaku menelusuri ‘book binding’ sebagai fokus yang ingin aku dalami. Pert...

Ketika Menjadi Aktivis Adalah Hobi

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Pro Aktif Online Hobi seperti apakah yang cocok untuk para aktivis? Pertanyaan ini muncul ketika saya diminta menulis soal hobi untuk para aktivis untuk laman ini. Saya kira, siapa pun, dari latar belakang apapun, baik aktivis maupun bukan, bisa bebas memilih hobi untuk dijalaninya. Karena hobi adalah pilihan bebas. Ia menjadi aktivitas yang dikerjakan dengan senang hati di waktu luang. Apapun bentuk kegiatannya, selama aktivitas itu bisa memberikan kesenangan bisa disebut hobi.  Sebelum membicarakan bagaimanakah hobi untuk para aktivis ini, saya akan terlebih dahulu membicarakan soal hobi, terutama yang hobi yang merupakan keterampilan tangan. Selain memberikan kesenangan, aktivitas ini bisa melatih kemampuan motorik dan keahlian dalam membuat sesuatu. Misalnya saja menjahit, merajut, automotif, pertukangan, apapun kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan.  Banyak orang merasa, aktivitas ini terlalu merepotkan untuk dilakukan,...

Perjumpaan Cara Pandang Berbeda Dalam 'Kultur Membuat'

Jika dirunut lebih jauh kultur membuat ini, sesungguhnya tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan   keseharian sejak dahulu kala. Semua pengetahuan tradisional (di barat dan di timur) dengan teknonologi sederhana, aplikatif dan kebijaksanaan terhadap lingkungan sekitarnya, menciptakan gaya hidup yang seimbang lahir, batin juga dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakat tradisional memiliki pengetahuan dan cara untuk menemukan keadilan hidup yang selaras dengan lingkungan. ‘Membuat’ bukan semata-mata memenuhi tuntutan seseorang untuk menjadi ‘produktif’, namun lebih jauh dari itu, ‘membuat’ membangun ideologi dan pemenuhan diri secara spiritual dimana ‘membuat’ memberi perasaan berdaya kepada setiap individu yang melakukannya. Membuat juga menciptakan pemahaman akan proses yang membutuhkan waktu, tolerasi atas kegagalan, juga kesadaran bahwa sesuatu itu tidak bisa diperoleh dengan cara instan. Sikap seperti ini yang menumbukan kemampuan untuk menjaga diri dari keserakahan. Nam...