Skip to main content

Beasts of The Southern Wild (2012)


* * * * *
Sutradara: Benh Zeitlin


Hush Puppy berlari sesana kemari. Mejelajahi semestanya di antara monster-monster dari selatan yang hidup bersamanya. Tanpa takut, tanpa ragu di tengah dunia yang ia pijak bisa runtuh sewaktu-waktu. Hush Puppy hanya perlu memastikan ayahnya hadir dalam kekuatan dan kerapuhannya sekaligus. 

"Semua Ayah di dunia ini boleh mati, tapi tidak dengan Ayahku."
"Tidak Hush Puppy. Ayahmu yang ini sama seperti yang Ayah lain, dia juga akan mati."


Tak ada kesan glamour dan mewah sama sekali. Beasts of The Southern Wild yang dikategorikan sebagai film berbiaya rendah ini, menampilkan suasana daerah selatan yang kental: 'kampung di pedalaman', miskin, kumuh, terabaikan, namun penghuninya begitu akrab dan hangat satu sama lain. Dengan narasi serta sinematografi terasa begitu 'magical' namun sekaligus begitu 'riil', lekat dan membumi. 

Badai dan banjir menjadi tragedi yang justru diterima bukan dengan tangis dan airmata oleh tokoh-tokohnya. Kekuatan film ini justru karena semua persoalan itu hadir dalam pandangan Hush Puppy yang lebih optimis sekaligus imajinatif dalam takaran yang pas. Mungkin karena di sini Hush Puppy tidak berusaha menjadi tokoh 'bocah sok tau' yang seolah-olah mengerti semuanya. Di sini Hush Puppy menerima dunianya dalam kepolosan dan ketidak mengertiannya. Sepanjang film adalah cerita bagaimana Hush Puppy berusaha menemukan kembali cintanya pada sang ayah yang begitu temperamental sekaligus juga mencari keberanian ketika Hush Puppy harus menerima kenyataan bahwa ayahnya sedang sekarat. Semua tragedi dan kesedihan itu hadir lewat  Hush Puppy  sebagai harapan dan inspirasi.

Tidak ada aktor dan aktris terkenal yang hadir di film ini. Ben Zeitlin sengaja menghadirkan orang-orang di sekitar lokasi pembuatan filmnya, sebagai bintangnya. Wink, ayah Hush Puppy, diperankan oleh Dwight Henry, pemilik toko roti yang diundang casting, saat kru film menghabiskan waktu-waktu sarapan mereka selama proses produksi di toko roti milik Henry. 

Beast of the Southern Wild adalah film perdana Benh Zeitlin, sutradara sekaligus penulis naskah dan langsung mendapatkan 4 nominasi Academy Award 2013 dalam kategori film terbaik, sutradara terbaik, aktris terbaik dan naskah terbaik.  Quvenzhane Wallis memerankan Hush Puppy dengan begitu memukau. Padahal bocah berusia 9 tahun ini belum pernah berakting sama sekali sebelumnya. Bakat aktingnya begitu istimewa, Quvenzhane bisa menghayati perannya dengan sangat baik dan aktingnya sebagai Hush Puppy begitu natural. Prestasinya sebagai nominator aktris terbaik Academy Award 2013  membuat Quvenzhane mencatat sejarah sebagai aktris termuda yang pernah masuk dalam nominasi aktris terbaik Academy Award.

gambar dari sini
Hubungan Hush Puppy dan ayahnya, mengingatkanku pada film The Ballad Jack and Rose dalam langgam dan mood yang berbeda, namun metafor imajinasinya terasa mirip meski tak sama. Pada Beast and The Southern Wild, ketakutan kehilangan ayah itu adalah imajinasi tentang babi hutan yang mengejar-ngejar Hush Puppy, sampai akhirnya Hush Puppy punya keberanian menghadapinya. Sementara dalam Ballad Jack and Rose, ketakutan kehilangan ayah adalah cerita tentang banteng yang sewaktu-waktu bisa datang dan membawa Rose pergi, meninggalkan ayahnya. Sebagai anak ayah, film dengan cerita hubungan ayah dan anak perempuan selalu terasa lebih emosional.Bagiku film ini termasuk film yang 'mengganggu' dan tidak mudah dilupakan.


Comments

Popular posts from this blog

Menjadi Penjilid dan Perjalanan Menemukan Fokus

Playing The Building, foto vitarlenology 2008 Suatu hari, ketika berkunjung untuk pertama kalinya ke markas besar Etsy, di Brooklyn, NYC, tahun 2008, Vanessa Bertonzi yang saat itu bekerja sebagai humasnya Etsy, bertanya padaku "Setelah pulang dari Amerika, apa yang akan kamu lakukan?" Saat itu spontan aku menjawab, "Aku mau jadi desainer stationery." Padahal, aku belum sekalipun punya pengalaman ikut kelas menjilid buku atau hal-hal yang sifatnya mengasah keterampilanku menjilid buku.  Jawabanku lebih didasarkan pada kesukaanku akan stationery terutama sekali notebook dan alat-alat tulis. Desain Stationery seperti apa yang ingin aku buat, itupun masih kabur. Namun rupanya, jawabanku itu seperti mantra untuk diriku sendiri dan patok yang ditancapkan, bahwa perjalanan fokusku dimulai dari situ. Menemukan kelas book binding di Etsy Lab pada saat itu, seperti terminal awal yang akhirnya membawaku menelusuri ‘book binding’ sebagai fokus yang ingin aku dalami. Pert...

Ketika Menjadi Aktivis Adalah Hobi

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Pro Aktif Online Hobi seperti apakah yang cocok untuk para aktivis? Pertanyaan ini muncul ketika saya diminta menulis soal hobi untuk para aktivis untuk laman ini. Saya kira, siapa pun, dari latar belakang apapun, baik aktivis maupun bukan, bisa bebas memilih hobi untuk dijalaninya. Karena hobi adalah pilihan bebas. Ia menjadi aktivitas yang dikerjakan dengan senang hati di waktu luang. Apapun bentuk kegiatannya, selama aktivitas itu bisa memberikan kesenangan bisa disebut hobi.  Sebelum membicarakan bagaimanakah hobi untuk para aktivis ini, saya akan terlebih dahulu membicarakan soal hobi, terutama yang hobi yang merupakan keterampilan tangan. Selain memberikan kesenangan, aktivitas ini bisa melatih kemampuan motorik dan keahlian dalam membuat sesuatu. Misalnya saja menjahit, merajut, automotif, pertukangan, apapun kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan.  Banyak orang merasa, aktivitas ini terlalu merepotkan untuk dilakukan,...

Craftivism: The Art of Craft and Activism

Bahagia sekaligus bangga, bisa terpilih untuk memberikan kontribusi tulisan pada buku tentang craftivism ini. Sementara aku pasang review dan endorsment terlebih dahulu. Untuk resensinya akan aku publikasikan dalam terbitan yang berbeda.  ------ Editor Betsy Greer Arsenal Pupl Press Craftivism is a worldwide movement that operates at the intersection of craft and activism; Craftivism the book is full of inspiration for crafters who want to create works that add to the greater good. In these essays, interviews, and images, craftivists from four continents reveal how they are changing the world with their art. Through examples that range from community embroidery projects, stitching in prisons, revolutionary ceramics, AIDS activism, yarn bombing, and crafts that facilitate personal growth, Craftivism provides imaginative examples of how crafters can be creative and altruistic at the same time. Artists profiled in the book are from the US, Canada, the UK...