foto by vitarlenology |
Awalnya mengikuti perjalanan ide di saat memulai usaha, sangatlah menyenangkan dan menggairahkan. Namun ketika guliran ide menjadi seperti bola salju yang kian membesar, aku menjadi kewalahan dan akhirnya terlibas olehnya. Aku tidak lagi bisa mengendalikan ide-ide itu, tapi ide-ide itulah yang mengendalikan aku.
Aku merasakan tanda-tanda ketika aku dikuasai oleh ide adalah ketika aku merasa kewalahan dengan ide-ide itu sendiri. Terlalu banyak ide yang menggelinding, sampai-sampai aku ga tau ide mana dulu yang perlu di realisasikan. Aku jadi kehilangan kemampuan untuk membuat skala prioritas, karena semua ide sangat menggoda dan menarik perhatian. Semua ide seperti minta di realisasikan dalam waktu yang bersamaan. Ide-ide itu seperti antrian orang-orang yang berebut mendapatkan karcis masuk. Padahal ide sebenarnya bisa 'antri' dengan lebih tertib dan satu persatu mendapat tiket masuk. Akulah yang seharusnya mengatur antrian ide-ide itu melalui skala prioritas. Percayalah, ternyata ide itu bisa menunggu dengan sabar dan justru membutuhkan waktu untuk menjadi lebih matang.
***
Mengapa mengendalikan ide yang membludak itu menjadi penting dalam memulai sebuah usaha? Mengacu pada pengalamanku sendiri, aku memulai tobucil dengan sumber daya yang sangat terbatas. Modalnya hanya semangat dan idealisme. keduanya sama abstraknya dengan ide. Waktu itu aku ga punya pengetahuan tata kelola atau pun ilmu bisnis sama sekali apalagi modal finansial yang mencukupi. Aku hanya mengandalkan intuisi dan sumber daya finansial yang sangat terbatas.
Di satu sisi, keterbatasan sumber daya ini bisa menjadi hambatan, jika aku tidak berhasil menjembatani antara keterbatasan itu dengan ide yang mengalir sedemikian deras. Di sisi lain, keterbatasan justru yang membantuku untuk lebih bisa mengendalikan ide-ide itu. Mana ide yang paling realistis untuk di jalankan terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan? sehingga bisa membuatku fokus, mengerjakan ide-ide itu satu persatu. Percayalah, ketika satu ide selesai dikerjakan sesuai kapasitas , sumber daya akan berkembang dan bertambah mengikuti antrian ide.
Antrian ide itu seperti tangga yang menyambungkan lantai satu dengan lantai yang lain. Ketika kita ingin sampai di lantai dua, kita mesti memulainya dari anak tangga pertama. Pada anak tangga pertama, kita akan menemukan keyakinan dan kepercayaan diri bahwa ternyata kita bisa memulai merealisasikan ide yang berdesak-desakan di kepala. Setiap hal besar di dunia ini selalu di mulai dari langkah pertama.
Pada anak tangga kedua, keyakinan kita akan menjadi lebih kuat. Perasaan optimis bisa sampai lantai dua menjadi semakin besar. Dan jangan kaget, ketika sampai tengah-tengah, akan muncul keraguan yang dapat menggoyahkan semua semangat, optimisme dan keyakinan diri itu tadi. Saat menoleh ke belakang, kita melihat sudah banyak anak tangga yang berhasil dilalui. Namun saat menatap ke depan, ternyata masih banyak anak tangga yang mesti di tapaki untuk bisa sampai ke lantai dua. Sementara kelelahan mulai menghinggapi dan sumber daya terasa menipis, sedangkan perjalanan masih panjang.
Tidak ada salahnya untuk berhenti sejenak. Nikmati segala kelelahan itu, tarik pembelajaran dengan melihat kekurangan dan kelebihan cara kita menapakinya dari setiap anak tangga yang telah berhasil dilalui. Sambil menyusun koreksi dan revisi dari setiap kekurangan untuk menapaki sisa anak tangga di depan dengan cara yang lebih baik dan lebih efisien.
Menantang diri sendiri dengan pertanyaan: 'lanjut atau cukup sampai di sini? juga sangat diperlukan. Pertanyaan itu akan membantu kita untuk belajar menghitung resiko dari pilihan lanjut atau berhenti itu tadi. Tidak ada pilihan yang tidak mengandung resiko. Bahkan memilih bahagia pun ada resikonya. Belajar menakar kemampuan diri untuk menghadapi resiko, itu akan membantu melatih daya tahan kita untuk memperjuangkan ide-ide yang ingin di realisasikan ke depannya. Jangan jadikan resiko menjadi halangan atau ketakutan untuk melangkah. Jadikan resiko sebagai teman yang memandu mengenali batas dan kapasitas maksimal diri kita. Petualang yang tangguh itu bukan petualang tanpa rasa takut. Tanpa rasa takut, seorang petualang justru bisa membahayakan dirinya bahkan orang lain. Sesungguhnya, ketika menapaki anak tangga itu, kita sekaligus belajar mengenali ketakutan kita sendiri.
Jadi jangan pernah takut dengan ide-ide yang membludak penuh semangat, karena yang perlu dilakukan adalah membuat ide-ide itu antri dengan tertib dan terealisir satu per satu seperti tongkat estafet yang berpindah dari pelari satu ke pelari lain dengan jarak yang makin lama makin mendekati tujuan. Sehingga diri ini terus tumbuh dan mengantarkan pada cita-cita. @vitarlenology
Tulisan ini di bagikan pula melalui blog design by vitarlenology, tobucil handmade
Comments
the problem untuk pemula macam aku, banyak sekali ide muncul tapi bingung mau mulai dari mana, atau ide mana dulu niih yg harus diwujudkan..
hehe.. mau ga mau harus dibuat antrian ide ya.. :)
Thanks for Sharing ya Mba Tarlen
Oya Mba, postingan ini boleh aku re-post di blog aku (miss-moody-pokerface.blogspot.com) ga? Ntar judulnya GUEST POST - Tarlen Handayani dan aku link ke sini. Thx before!
so so inspiring :)
cuman skarang aku lagi bingung,, milih kerja kantoran dulu, bwt modal ato langsung serius d jualan,, hahaha,,,
atau malah kita harus menyortir ide dulu ? agar tidak melenceng dari rintisan awal yang sudah berjalan..
bagaimana menurut mbak Tarlen dan teman2 ??