Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2009

40 Miles from Denver

Aku lagi suka Yonder Mountain String Band. 40 Miles from Denver salah satu lagu favoritku. It's a cold, cold moon out tonight And it's a cold, cold point on your knife Could I call myself a man if I left by the morning light? And I'd be 40 miles from Denver when you woke up all alone I'd be 40 miles from Denver and three days from my home In that cool mountain air, on an Appalachian trail Ohh, life is better there It's a lonely road to travel on But I've stood here waiting much too long And I'd rather leave this minute than try to carry on And I'd be 40 miles from Denver headed east bound on the track I'd be 40 miles from Denver and trying to get back To that cool mountain air, on an Appalachian trail Ohh, life is better there It's a cold, cold moon out tonight And it's a cold, cold point on your knife Could I call myself a man if I left by the morning light? And I'd be 40 miles from Denver when you woke up all a

Tumbuh Bersama

Bagaimana tumbuh bersama-sama dalam sebuah ikatan pernikahan itu? Sebuah pembicaraan menarik muncul beberapa waktu lalu. Sambil menikmati coklat, kopi dan cheese cake bersama dua orang teman yang pernikahannya sedang dalam 'masalah'. Dua orang temanku ini, sama-sama menghadapi persoalan ketidak seimbangan ruang aktulasasi diri dari salah satu pasangan yang menyebabkan ketidak nyamanan salah satu pihak. "Don't join this club.. ," temanku si pembalap gadungan itu, memperingatkanku. Dia tidak ingin ketika aku menikah, mengalami masalah yang dialaminya sekarang. Pertanyaan ini sebenarnya menjadi pertanyaanku sejak lama. Sepengamatanku, ruang tumbuh bersama dalam ikatan pernikahan itu seringkali menjadi medan pertempuran yang penuh persaingan dan ketegangan. Selalu ada pihak yang merasa di kalahkan dan dianggap menang sendiri. Akhirnya tumbuh bersama itu seperti situasi dua pohon besar yang tumbuh berdesak-desakan di dalam pot sempit. Tanaman itu pada akhirnya tumb

Janji Pertemuan

Memandang Rumah dari Turangga, foto by tarlen Seseorang bisa dipercaya atau tidak bisa dilihat dari janji yang dibuatnya. Bahkan secara jelas kitab suci menyebutkan, salah satu ciri orang yang munafik adalah orang yang jika berjanji dia selalu ingkar. Tidak perlu menyebutkan janji-janji yang besar: berjanji membuat dunia menjadi lebih baik misalnya. Janji-janji yang sederhana yang dianggap remeh temeh pun bisa jadi indikator apakah kita bisa mempercayai seseorang atau tidak. Janji pertemuan misalnya. Seringkali dianggap remeh. Janji bertemu hari Selasa Pk. 17.00. Setelah ditunggu sampai Pk. 17.10 yang berjanji tidak juga menampakkan batang hidungnya. Apalagi memberi kabar soal keterlambatan yang ada ketika di konfirmasi dengan entengnya mengatakan "aduh sorry, gue lupa. Besok lagi deh kita ketemu." Perilaku seperti itu, sekali dua kali mungkin masih bisa di toleransi. Tapi jika itu jadi kebiasaan? Mmmm.. Ya, aku memang kesal dengan dengan perilaku salah seorang teman yan