Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2009

Setelah Merasa Kehilangan, Lantas Apa?

Purnama di Aceh 56. Foto: vitarlenology   'Kenapa semua datang  beruntun, yang satu mengundurkan diri, yang satu meninggal, tiba-tiba itu semua jadi pertanyaan di kepalaku.' 'Yah.. nasib aja no more no less, biar km tambah hebat :)' *** Rasanya memang seperti hang over berkepanjangan, meski sahabatku bilang, 'Jangan lama-lama berkabungnya ya.. :D', tapi setiap peristiwa kehilangan selalu meninggalkan jejak traumatiknya. Bukan hal yang mudah juga untuk menjelaskan, sebelah mananya yang bisa membuat merasa hang over berkepanjangan itu. Istirahat yang cukup, makan yang enak-enak, masak buat temen-temen yang seneng di masakin, ngeblog, mungkin bisa membantu mengurangi 'hang over' itu, tapi ya ga serta merta menghilangkannya secara cepat. Tergantung seberapa berat 'hang over'nya. Aku sendiri ga tau, apa yang sebenernya aku rasakan. Apakah kesedihan itu karena temanku yang meninggal? Atau aku teringat pada kehilangan atas kematian 14 tahun la

Perjalanan Kembali Pulang (Untuk Sahabat: Paskalis Trikaritasanto )

Beberapa menit setelah aku datang berhujan-hujan, membawa tumpukan screen sablon dan gembolan bersisi kaos-kaos kosong yang hendak di sablon. Kira-kira Pk. 17.00 WIB "Kayanya gua jarang banget liat lu naik motor.." "Masak sih? aku kan sehari-hari naik motor.." "Lebih sering liat si Upi yang naik motor daripada elu.." "Haha.. jangan-jangan kamu ketuker antara aku dan si Upi.." Lalu kami tertawa bersama. Setelah itu dia kembali duduk di bangku depan tobucil, menunggu murid-murid bimbingan klab menulisnya datang dan aku kembali pada pekerjaanku memotong-motong stiker DJava. Beberapa menit kemudian: "Pey, itu siapa sih yang batuk, kok gitu banget.. papahnya Reni ya .. biasanya suka batuk heboh gitu.." " Iya kayanya mba.." Kami: aku dan Ipey, cekikikan mendengar suara batuk yang ga wajar itu. Sama sekali tidak menyadari bahwa itu bukan papahnya Reni, tapi teman kami, Paskalis. Aku masih memotong-motong stiker DJava d

Nostalgia Kebersamaan Sekawanan Menjelang Umur Mereka yang Ke-40 Tahun

'cukup  mooi indie ga?' foto by vitarlenology Malam minggu kemarin, aku menjumpai sahabatku si pembalap gadungan di lab robotiknya. Meski hujan mendera-dera sepanjang siang sampai malam, tak mengurangi semangatku menjumpainya. Kangen saja berjumpa dengannya. Coklat panas menemani kami, berbagi cerita tentang hidup  masing-masing sebulan terakhir ini. Tiba-tiba, hp sahabatku berdering. Teman-teman lamanya waktu di UKM Teater mahasiswa dulu, datang mengunjunginya di lab. Aku hadir, menangkap kisah sekelumit masa lalu sahabatku yang sedang mengumpulkan semangatnya untuk menulis desertasi doktornya itu. Sambil aku jadi tau kisah-kisah kegilaan UKM teater Institut paling kondang di negeri ini. Pertemuan kawan lama, tentu tak jauh dari kisah-kisah nostalgia. Mengenang kembali kejadian-kejadian 'lucu' dan kegilaan-kegilaan yang pernah dilakukan. Singkat kata, tiga orang teman sahabatku itu kembali mengenang-ngenang indahnya kebersamaan mereka di UKM yang sangat mereka ba

Postcard From Bayreuth

Sebuah postcard dari sahabatku di Bayreuth menyambutku di meja kerja yang kutinggalkan hampir dua minggu. Sahabatku itu, menuliskan sebuah quote yang dia terjemahkan dari postcard ini dan rasanya mewakili banyak kejadian yang terjadi akhir-akhir ini.. "Suatu saat mungkin aku akan tahu banyak hal yang ada di dunia, tapi kemudian aku bangun dan tetap merasa dan bertindak bodoh.." thanks a million Dian ..

Sebutir Kacang Meninggalkan Kulit

Jalan pulang pantai sundak foto oleh vitarlenology Siang tadi di tengah hujan dan kehangatan meja kerjaku: Kamu meminta pelukan. Aku memberikannya. Tapi yang kurasakan hampa saja. Seperti kulit kacang tanpa isi. Rasanya tidak sepenuh pelukan ibu. Aku tidak mengenalimu lagi. Suratmu membuatku merasa, aku ini bid'ah untuk proses kreatifmu. Aku merasa berhadapan dengan seorang fundamentalis. Mmm.. ralat, mungkin seorang idealis pemula yang sangat-sangat yakin dengan dunia di balik cakrawala sana seperti yang ada dalam bayanganmu sendiri. Kamu benar. Aku yang mulai menjadi semakin pragmatis oleh pengalaman. Dan idealismemu memberi hak kenaif-an mutlak atas apa yang pilih. Lalu keberbedaan menjadi jurang yang tak terjembatani antara aku dan kamu. Fine . Kamu di seberang sana. Dan aku di sini. Silahkan saja. Aku menatap matamu, mencoba menemukan jembatan. Yang kutemukan hanya rasa dingin dan kelam gerbang benteng kekakuan hatimu. Tak ada peluang untuk kompromi. Percuma aku menem

Tiga Belas Hari

foto oleh vitarlenology Malam terakhir bersama wajah-wajah polos memanggilku tante. "Jangan pulang tante, tinggal lah lebih lama lagi.." Maaf sayang, aku harus pulang, kembali bekerja. Menyelesaikan urusan-urusan di rumah kecilku itu. Aku segera kembali menjumpai kalian lagi. Love you so much. Tiga belas hari, menemukan remedy, perdamaian baru dengan diri. Mungkin tugasku adalah mendampingimu menemukan keputusan yang salah, hingga kau bisa menarik pelajaran dari pengalaman itu. Meski urusan belajar bukan tanggung jawabku. Kamu yang memutuskan akan mengambil pembelajaran itu atau tidak. Aku hanya cukup mengantarkanmu saja. DJava memberi kunci petualangan baru pada pemahaman proses kreatif yang selama ini selalu menakjubkan untukku: bagiamana bisa partitur-partitur itu menjelma menjadi musik klasik yang sedemikian rupa. Memanageri konser Jawa Bali, terlibat dalam proses produksi konser, membuatku semakin yakin, keindahan yang hadir senantiasa, kapanpun kehadiran itu di

This is It (2009)

**** 1/2 Dua kali nonton film ini, di Bandung dan di Jogja. Dua-duanya tetap membuatku terharu. Ternyata bukan hal yang mudah menjadi 'King of Pop' dan sampai akhir hayatnya ke 'perfeksionisan' Michael Jackson (MJ) dalam mengemas pertunjukkannya, menjadi bukti bahwa gelar yang dia sandang itu bukan serta mereta menempel tanpa tanggung jawab. Semula film ini dimaksudkan MJ sebagai film yang akan dipersembahkan buat ketiga anaknya. Dokumentasi pribadi yang juga luar biasa. Namun dengan kematiannya 18 hari sebelum konser This is It, film dokumentasi proses persiapan dan gladi resik konser ini, menjadi penting bukan hanya bagi para penggemarnya, manum bagi semua orang yang ingin melihat sisi lain MJ. Semua kru yang bekerja bersama MJ, mengakui bahwa MJ adalah sosok yang sangat bersahaja dan lembut. Aku dan mungkin penonton lain bisa merasakan dibalik ke perfeksionisannya, MJ adalah sosok yang rapuh. Seperti patung porselein yang lembut tapi mudah pecah. Kedikdayaan dir

Hasta La Vista

Sore di Kaliurang KM5,  foto oleh vitarlenology Terpaksa mengatakan hasta la vista atau mendengar orang lain mengatakan itu, ternyata sama ga enaknya. Apalagi jika itu dikatakan saat aku masih berkeyakinan bahwa itu bukan keputusan yang semestinya aku ambil. Itu adalah keputusan terakhir. Atau, hal itu terucap dari orang yang tidak cukup punya energi menghadapi tantangan bekerja bersamaku. Aku jadi merasakan ulang, apakah aku yang terlalu tidak sabar menghadapi orang yang aku yakin dia mampu melakukannya? atau aku yang terlalu 'kurang kerjaan' memberikan tantangan berlebih pada orang yang ternyata tidak cukup punya semangat untuk menjalaninya. Bisa jadi tantanganku itu tidak cukup berarti baginya. Jadi daripada membuang-buang waktu menghadapinya lebih baik dihindari saja. Ya,  mungkin ini caraku menghibur diriku sendiri dari rasa kecewa saat orang yang aku yakin mampu, ternyata lebih memilih tidak menerima tantangan dariku dan meninggalkanku. Life goes on. Hidup senantias

Jangan Katakan 'Tidak Bisa' Padaku, Sebelum Kau Mencobanya

'head inside the box' foto by vitarlenology, 2009 Apa yang harus kulakukan, ketika menghadapi seseorang yang kutawari sebuah kesempatan untuk berkembang (tentunya dengan keyakinan bahwa dia bisa melakukannya), tapi jawaban yang kudapatkan adalah "saya ga mau. Ga aja, karena perasaan saya mengatakan demikian. Takutnya nanti kalau dipaksakan malah merusak semua yang sudah saya kerjakan." Aku tentu saja marah tapi lebih besar merasa kecewa karena aku tidak menyukai sikap menyerah sebelum mencoba.  Bagaimana jika perasaannya itu disesatkan oleh ketakutan untuk mencoba hal baru?  Rasanya seperti sebuah harapan baik di runtuhkan oleh ketakutan keluar dari zona aman. Apalagi jika jawaban itu datang dari orang yang aku yakin bahwa dia bisa melakukannya dan selama ini aku memberinya kesempatan untuk belajar dan melakukan kesalahan. Aku punya cukup banyak toleransi untuk kesalahan dalam belajar daripada penolakan sebelum mencoba.  Lalu sahabatku si pembalap gadungan itu bila