Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2007

Perjumpaan di Lorong Hati

pic: tara mcpherson setiap orang pasti punya lorong panjang dalam hatinya. sebuah lorong yang bisa saja gelap, bisa saja terang benderang, bisa saja berwarna, bisa saja hanya satu warna saja. lorong itu bukanlah tempat yang cukup besar untuk bisa ditapaki oleh siapa saja, karena dia lebih mirip 'sanctuary' bagi setiap orang ketika ingin menjenguk dirinya yang paling dalam. aku punya lorong itu di hatiku. sebuah tempat dimana aku bisa menengok diriku dan menyapanya dengan banyak rasa dan asa. 'hai diri apakabarmu hari ini?' begitu biasanya aku menyapanya. lorongku itu akan membalasnya dengan gema 'apakabarmu' yang bunyinya memantul dari dinding-dindingnya. aku biasa mendatangi lorong itu. melepas lelah, penat, kesedihan dan menorehkan bahagiaku. tidak banyak yang pernah datang mengunjunginya dan biasanya mereka tidak lama. hanya satu dua saja, yang menetap cukup lama bahkan membangun lorong itu kembali, saat gempa merubuhkan seluruh bangunannya. dia membangunnya

Kota Kreatif, Bukan Jargon

WACANA industri kreatif yang ramai akhir-akhir ini dibicarakan, membawa Bandung pada posisi penting dalam pembicaraan ini. Sebagai kota kosmopolit berpenduduk sekitar 2,5 juta jiwa ini, Bandung dikenal memiliki potensi kreatif yang besar. Mulai dari produk-produk penunjang gaya hidup kaum muda, makanan sampai teknologi informasi yang muncul dari Bandung dan menyebar ke seluruh Indonesia. Wacana industri kreatif sendiri mulai mengemuka di tingkat global dalam lima tahun terakhir ini, ketika negara-negara seperti Inggris mulai mencari sumber-sumber perekonomian baru untuk menggantikan sektor industri manufaktur. Pengembangan industri kreatif ini dianggap menjadi pilihan yang bisa mengakomodasi hak intelektual setiap individu berdasarkan kreativitasnya. UNESCO tahun 2003, mengeluarkan rilis resmi mengenai definisi industri kreatif ini sebagai suatu kegiatan

Ridwan Kamil: "Potensi, Reputasi, & Kompetensi Sudah Tinggi"

Ridwan Kamil, Foto atas kebaikan Islaminur Pempasa DI taman belakang "kantor"-nya, Ridwan Kamil bersama beberapa rekannya tampak asyik berdiskusi. Dari kantor yang lebih mirip rumah di kawasan Sumur Bandung, Urbane Indonesia, sebuah agensi arsitektur menangani berbagai projek arsitektur bernilai triliun di Dubai, Cina, dan selain kota-kota besar di Indonesia. Emil --panggilan akrabnya-- belum lama ini mendapatkan juara dalam perancangan museum tsunami di Aceh dan mendapat International Young Creative Entrepreneur of the Year (IYCEY) British Council, 2006. Berkaitan dengan wacana kota kreatif, Tarlen Handayani dan Wartawan "PR" Islaminur Pempasa mewawancarainya, Sabtu (15/9). Berikut petikannya. Kenapa Bandung yang dipilih sebagai kota kreatif? Ini Bandung banget , ini contoh (Emil menunjuk suasana taman yang menjadi tempat diskusi bersama rekan-r

Persaingan, Pembajakan, Hingga ”Copy-Paste”

”We are the original one,” ujar Fiki C. Satari, Direktur Airplane sekaligus ketua KICK (Kreative Independent Clothing Kommunity) yang merupakan organisasi pengusaha clothing Bandung yang berdiri tahun 2006. Potensi usaha clothing mulai dilirik oleh pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan daerah. Pencanangan pondasi ekonomi kreatif Jawa Barat tahun 2008-2012, diakui Fiki memberi dampak pengakuan terhadap para pelaku industri clothing dan menempatkan sektor ini sebagai salah satu primadona andalan dalam pengembangan pondasi ekonomi kreatif Bandung. Namun jika ditelisik lebih jauh, perkembangan beberapa sektor industri kreatif di Bandung bukan tanpa masalah. Persoalan yang dihadapi oleh para pelakunya seperti gunung es. Sektor industri fashion misalnya. Selama ini perkembangannya masih dilihat secara parsial. Perkembangannya seringkali tidak dilih

Kreativitas Sebaiknya tak Distrukturkan

SUDAH setahun terakhir, Center for Innovation, Enterpreneurship & Leadership (CIEL) yang merupakan bagian dari Sekolah Bisnis Manajemen ITB, melakukan pemetaan terhadap industri kreatif. Lembaga ini bekerja sama dengan Deperindag Provinsi Jawa Barat untuk merancang stategi pengembangan industri kreatif di Jawa Barat. ”Kalau melihat karakter secara umum dari usaha kecil ini, sebenarnya kan lebih ke bagaimana mereka survive , bagaimana hidup hari ini sehingga tidak banyak pengembangan dari sisi kreativitasnya dalam rangka mengembangkan produk-produk yang unik dan bisnisnya,” tambah Direktur CIEL, Dwi Larso. Salah satu upaya yang dilakukan CIEL dalam mengatasi persoalan mendasar ini adalah menggagas pusat pengembangan desain untuk membantu para pelaku industri kecil mengembangkan produk-produknya. ”Cuma yang masih belum jelas metodenya adalah

Menunggu Keseriusan Membangun Infrastruktur

Saat Artepolis I tahun lalu, program kegiatan ”Workshop Artepolis” melalui kegiatan online conference dengan beberapa pelaku komunitas Bandung, Artepolis sempat memetakan beberapa persoalan yang selama ini dihadapi oleh industri kreatif Bandung secara garis besar. Berikut beberapa persoalan yang mengemuka. Persoalan internal Tidak semua pelaku memiliki visi, misi dan strategi bisnis yang jelas. Selama ini pengembangannya lebih bersifat intuitif dan tidak didasarkan pada riset dan pengembangan yang jelas, karena itu manajerial belum sepenuhnya terkelola dengan manajemen yang baik. Persoalan eksternal - Regulasi pemerintah yang tak jelas dalam pengembangan industri kreatif sebagai salah satu potensi ekonomi kota. Hal ini dapat dilihat dari ketidakjelasan pajak yang di kenakan dan subsidi yang dilakukan atas pajak tersebut. Selain itu juga tidak

Menjual Identitas Bandung*

"Anak Bandung itu jago menyerap desain arsitektur global, dibanding dengan anak muda di kota lain. Apa yang terjadi di tingkat global, bisa diterjemahkan dan disiasati oleh mereka dan dijadikan komoditas gaya hidup baru dan menjadi tren. Mereka mendefinisikan kembali coolness yang sesuai dengan konteks mereka. Selain itu juga ada pasar yang menyerap komoditas baru itu," Jawab Hikmat Budiman, penulis buku Lubang Hitam Kebudayaan, ketika dimintai komentar tentang kreativitas anak muda Bandung. Tahun 2003-2004, pertumbuhan clothing store di Bandung memang gila-gilaan. Hampir 200 clothing store bermunculan. Belum lagi ratusan clothing label yang memproduksi produk fashion anak muda. Booming ini dipicu oleh pemberitaan yang cukup gencar di media massa mengenai nilai ekonomi dari bisnis ini. Siapa yang tak tergiur ketika omzet setiap bulannya bisa mencapai puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah menjelang hari raya. Meskipun pada tahun 2005-2007, industri clothing yang ada mengala