Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2010

Berulang Tahun di Killing Field

Hal yang istimewa di hari ulang tahunku tahun ini adalah aku menghadiahi diriku sendiri kunjungan ke Museum Genocide di Phnom Penh dan The Killing Field di Choeng Ek, sekitar 15 KM dari Phnom Penh, Cambodia. Rasanya bener-bener menghantui. Museum Genocide atau yang lebih dikenal S-21 adalah bekas ruang penjara, intrograsi dan penyiksaan orang-orang yang dianggap menentang rezim Khmer Merah Pol Pot yang isi ruangannya masih dibiarkan seperti aslinya. Sementara The Killing Field adalah tanah seluas 2 hektar tempat Pol Pot dan serdadunya membunuh dan mengubur secara masal para tawanan politiknya. Rasanya ini hadiah paling dalam yang pernah aku terima (meski hadiah ini kuberikan untuk diriku sendiri). Terasa dalam kerena membuatku berpikir banyak hal. Ingin segera kembali pulang, membaca kembali buku-buku sejarah dan memaknainya secara berbeda setelah melihat langsung tempat kejadiannya. Di tengah-tengah tanah Cambodia yang begitu kering dan gersang, tanah dua hektar dengan sebuah monu

333003 (Tiga Puluh Tiga Pada Tanggal Tiga Puluh Di Bulan Tiga)

Langit Menjelang Ho Chi Minh City, 24 Maret 2010 Terima kasih untuk usia tiga puluh tiga pada tanggal tiga puluh di bulan tiga. Terima kasih untuk kesempatan melakukan perjalanan dan pertemuan dengan orang-orang yang menyenangkan. Terima kasih untuk membuka pintu-pintu baru  untuk dimengerti dan tidak dimengerti dalam hidupku. Terima kasih untuk pengetahuan dan kekuatan untuk  mencari tahu terus menerus. Terima kasih untuk orang-orang terkasih, sahabat dan teman-teman yang senantiasa memberi kebaruan-kebaruan dalam hidup. Terima kasih untuk kerumitan dan kesederhaan pikir juga kebahagiaan yang tersembunyi di balik kebersahajaan karuniamu. Terima kasih untuk yang ada di suatu tempat, cepat atau lambat kita akan bertemu di suatu perjumpaan yang mungkin tak pernah kita duga sebelumnya dan memutuskan berjalan bersama-sama sampai tua nanti. Terima kasih untuk keluarga, sahabat, teman yang selalu hadir pada saat keinginan sarapan bersama muncul atau menikmati kue tiau astana anyar datang

Menghadiahi Diri Sendiri

Demam del Toro masih terasa (kayanya ini seperti alergi bisa kumat kapan aja heheheh), tapi waktunya pergi hampir tiba. Yeah. Aku merasa sangat santai dengan perjalanan kali ini. Mungkin karena Rama bawaannya santai juga. Penting untuk menemukan teman perjalanan yang juga santai menghadapi segala kemungkinan. Dalam tiga hari terakhir ini, aku malah menemukan perjalanan ini akan memberikan banyak pelajaran penting tentang kemanusiaan. Tempat tujuan yang mau aku datengin semua berhubungan dengan perang dan pembantaian: museum perang vietnam di Ho Chi Minh, Museum genocide di Pnom Penh. Dan tentu saja buku yang aku bawa untuk menemani perjalananku kali ini adalah 'Fear and Loathing in Las Vegas' karya Hunter S. Thompson yang bicara soal perang Vietnam dalam perspektif dua orang 'sinting': Raoul Duke dan Dr. Gonzo. Filmnya udah lebih dari sepuluh kali aku tonton, membuatku hapal tiap adegannya dan menyadari bahwa Beni tidak salah menerima karakter Dr. Gonzo di film ini.

Confucius (2010): Kisah Guru 'Tanpa Ajaran'

* * * Sutradara:  Mei Hu Bukan hal mudah memfilmkan biopic tokoh penting dalam sejarah. Apalagi jika film itu dibiayai oleh pemerintah. Kesulitan itulah yang kutangkap dari film yang dibintangi Chow Yuen Fat. Berkisah tentang kehidupan Konfusius, filsuf Cina yang hidup di 551 - 479 Sebelum Masehi sejak kiprahnya di dunia politik sampai akhirnya menjadi guru yang mengajarkan ajarannya ke seluruh penjuru Cina, sampai Konfusius kembali ke tanah kelahirannya dan menghembuskan nafas terakhirnya di sana. Mei Hu membuat jalan cerita film ini, patuh pada kronologi waktu. Seperti banyak film Cina yang mengangkat kisah klasik, Mei Hu tak mau ketinggalan menghadirkan efek kolosal di film ini. Sebagai orang yang tertarik mengetahui ajaran Konfusius dan penggemar Chow Yuen Fat, Film ini ternyata tidak memenuhi harapanku itu. Mei Hu gagal menjelaskan ajaran Konfusius yang sedemikian penting bagi masyarakat Cina. Kegagalan lain adalah Mei Hu menyia-nyiakan kemampuan aktor-aktor hebat yang berpe

March, I Love You!

  My eyes is watching me  Selamat datang bulan maret 2010.