Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

#Nepaldiary Pelajaran Pelayanan di Namaste Children House

perayaan happy holi di Namaste Children House, Pokhara, Nepal foto oleh vitarelnology Sudah lebih dari seminggu jadi sukarelawan di Namaste Children House di Pokhara, Nepal. Sebagai sukarelawan banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Mulai dari membantu di dapur mempersiapakan apa yang akan dimasak, cuci piring, membantu bocah-bocah itu mandi, bermain bersama, membantu belajar sampai proyek mengecat bangunan lantai dasarnya. Benar-benar pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh pengasuh, bedanya ini pengasuh paruh waktu yang hanya datang setengah hari dan itu pun hanya selama tiga minggu saja. Sekitar tujuh puluh anak  tinggal di Namaste Children  House. Usia mereka mulai 4 tahun sampai 18 tahun. Namaste menyekolahkan mereka di sekolah swasta dengan pertimbangan kualitasnya lebih baik. Harapannya ketika anak-anak ini lulus nanti bisa meneruskan sekolah atau bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Sayangnya kegiatanku sebagai sukarelawan di sini bertepatan dengan saat  ujian ken

#nepaldiary Sukarelawan Di Negeri Atap Dunia

foto oleh vitarlenology Salah satu cara melakukan perjalanan dan berinteraksi lebih dengan budaya serta masyarakat setempat adalah menjadi sukarelawan. Banyak organisasi Internasional yang memang mengkhususkan diri mengurusi orang-orang yang tertarik menjadi sukarewalan. Salah satunya adalah International Volunteer HQ (IVHQ) yang bermarkas di New Zeland.  Didirikan oleh Daniel Radcliffe, sukarelawan yang pernah bergabung dalam Peace Corps. IVHQ didirikan akhir 2006. Daniel ingin membantu calon-calon sukarelawan ini dengan harga terjangkau. Banyak teman di Indonesia menyangka bahwa program seperti ini sukarelawan dibayar, padahal untuk program sukarelawan seperti ini, sukarelawan justru membayar pada organisasi yang akan menjadi tuan rumah mereka.  Seorang teman yang sering melakukan perjalanan sempat berkomentar, menjadi sukarelawandan membayar itu seperti komersialisasi sukarelawan. Mungkin ada benarnya, tapi kurasa selama menemukan organisasi perantara seperti IVHQ denga

#nepaldiary Chitlang Dan Doa Berterima Ganesh Himal

sunset di Chitlang foto vitarlenology (simin) Hari baru itu bisa dimulai dari bangun tidur, membuka jendela dan memandang hamparan perbukitan di sebuah daerah pegunungan di Nepal, bernama Chitlang. Hamparan hutan hijau, berpadu  bukit-bukit berundak-undak coklat, dan rumah-rumah tradisional Nepal tersusun rapi diantara undakan bukit, seperti foto pemandangan di kalender. Pada pandangan yang lain, kicau burung-burung lokal bertenger dan berterbangan dari satu pohon peach ke pohon peach yang lain, menari megisi lagu pagi dalam damai dan indahnya Chitlang. Hari menjadi benar-benar baru bagi orang asing sepertiku di tempat yang juga asing untukku. Kebaruan hari yang menambah kosa makna kata bahagia yang bisa datang dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda. Chitlang, menjadi bagian dari orientasi program volunteer yang menyenagkan, Jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari ibukota Nepal, Kathmandu_sekitar 27 KM. Namun jalanan yang harus ditempuh bukanlah jalan yang mudah. Dibutuhk

#nepaldiary Perjalanan Sinkronisasi Diri

foto oleh vitarlenology Tahun ini dibuka oleh nasehat seorang sahabat tentang sinkronisasi antara rasionalitas dan rasa, hati dan pikiran. Kebetulan lain, Desember lalu, Arumdayu ngajak jalan-jalan ke Nepal. Dalam bayangan kami berdua, biar lebih berguna, sekalian aja mendaftar sebagai sukarelawan. Tapi waktu itu masih wacana. Kebulatan tekad untuk pergi justru muncul setelah obrolan soal sinkronisasi di malam pergantian tahun. Arum ga jadi pergi. Aku memutuskan tetap pergi dan awal Januari mulai serius mencari informasi soal program sukalawan internasional ini, termasuk juga mencari tiket. Lalu aku menemukan program sukarelawan internasional ini. Aku rasa program ini cocok banget dengan soal sinkronisasi diri. Selain itu membayangkan ulang tahun sambil memandang gunung Himalaya, rasanya itu kok ya gimana gitu, hehehhehe.. (soal membayangkan hal-hal seperti ini yg termasuk kategori ga mungkin tp beberapa tahun kemudian jadi kenyataan, aku selalu ingat sahabatku, Tanto

Kapanpun, Kalau Mau..!

Phnom Penh, foto oleh vitarlenology "Kamu bisa bahagia kapanpun, kalau mau!"  - Agustinus Wibowo - Kata-kata ini muncul tak sengaja dari perbincangan bersama  Agustinus saat ia berkunjung ke Bandung. Dan sampai saat ini, kata-katanya itu nempel di kepalaku. Ya, kapanpun, kalau mau. Kalau ga mau? berarti ga akan menemukan kapan yang disebut sebagai 'kapanpun' itu. Bukankah bahagia itu bisa datang setiap detik bersama dengan setiap hembusan nafas? kebahagiaan-kebahagiaan yang sederhana, tanpa syarat dan pamrih. Namun, jika kebahagiaan itu bisa begitu sederhana, mengapa banyak orang merasa sulit merasa bahagia? Dan mengapa kebahagiaan mesti dipersulit kalau ia bisa datang dengan mudah. Aku menyakini bahwa kebahagiaan itu selalu datang dalam bentuk yang berbeda-beda. Dan memang benar ia bisa datang kapanpun. Menjadi 'kebahagiaan' ketika yang datang dan berbeda-beda itu mau aku terima sebagai kebahagiaan. Kalau tidak mau, ya tidak akan terasa sebagai se