Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2009

Night at The Museum 2: Battle of The Smithsonian (2009)

* * * Udah lama ga nonton di bioskop dan aku mengawalinya kembali dengan film ini. Film yang entah kenapa setelah selesai menontonnya aku merasa bahagia banget. Kebahagiaan yang mungkin ga terlalu berhubungan dengan filmnya, tapi filmnya mengingatkanku kembali semua perasaan yang sulit di gambarkan ketika aku berpetualang di museum-museum Washington (Smithsonian tentunya) dan Museum Natural History (NYC) setahun yang lalu. I miss all of those place.. I miss my friends at Brooklyn Museum... jadi sentimentil.. Film ini menurutku film yang keren banget untuk memberikan penontonnya imajinasi bahwa museum adalah tempat yang menyenangkan. Kamu bisa merasakan petualangan apapun di museum, tinggal pilih saja. Sebuah film dengan tema yang sangat cocok dengan misi pengembangan audience development museum.. hehehehhe... aku merasa pesannya dapet aja. Dibandingkan dengan Night at The Museum yang pertama, yang kedua, jauh lebih menarik. Karena kompleks memorial park washington itu isinya emang muse

The Reader (2008)

* * * * Rasanya nyesek banget setelah selesai nonton film ini. Sebuah kait mengait kisah yang mulanya sederhana saja dan akar masalah di film ini juga sederhana saja, namun, bagaimana sebab musabab yang sederhana inilah yang kemudian mempengaruhi kehidupan seseorang secara permanen, bahkan menentukan hidup dan mati. Berkisah tentang Michael Berg muda (David Kross) yang cinta abadinya tertanam kuat pada sosok Hanna Schmitz (Kate Winslet). Sebuah pertemuan tidak sengaja dan berkembang dengan hubungan rahasia yang begitu dalam. Saat itu, Michael baru saja berusia 15 tahun, sementara Hanna seusia dengan ibunya. Pada Hanna, Michael menemukan kemampuan dirinya, meskipun Michael acap kali sulit memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada Hanna. Hanna menyembunyikan sebuah rahasia darinya. Hubungan berakhir dengan tiba-tiba seiring dengan menghilangnya Hanna dengan tiba-tiba pula. Semua rasa cinta Michael kepada Hanna menjadi bara yang terus menyala. Tanpa sengaja, Michael menjumpai Hanna kemb

The Child and The Fox/ Le Renard et l'enfant (2007)

* * * * Saat membaca judulnya, aku teringat cerita di masa kecil tentang 'Ruby si Rubah Kecil'. Cerita itu membuatku menangis sedih untuk pertama kalinya gara-gara sebuah buku. Dan ternyata aku tetep juga menangis, tapi karena haru saat menonton film yang berkisah tentang persahabatan seorang anak perempuan dengan 'lily' rubah liar yang hidup di hutan dekat rumahnya. Menonton film ini, seperti sedang didongengi oleh Kate Winslet sebagai narator edisi bahasa Inggris tentang lika liku kehidupan seekor rubah dari pandangan seorang anak perempuan. Film ini sangat menyenangkan bagiku. Seperti menonton dokumenter National Geographic tapi terasa manis dan segar, hanyut dalam pemandangan Perancis Selatan yang indah dari musim ke musim. Pemainnya hanya seorang gadis kecil yang tak disebutkan namanya diperankan oleh Bertille Noël-Bruneau dan seekor rubah yang diberi nama lily. Bagiku yang dibesarkan oleh buku-buku cerita anak-anak terjemahan dari Eropa, film ini seperti memanggil

Rachel Getting Married (2008)

* * * * Gara-gara penasaran sama Anne Hathaway aku langsung nyari film ini ke toko dvd tetangga. Anne dinominasikan sebagai aktris terbaik Oscar 2009, lewat film ini. Dan setelah menontonnya, aku suka sama aktingnya dan juga filmnya secara keseluruhan. Selama ini, Anne main di film dengan peran-peran yang menurutku biasa-biasa aja. Rachel Getting Married bercerita tentang Kym yang bermasalah dengan narkoba dan menghuni panti rehabilitasi, pulang ke rumah beberapa hari saja khusus untuk menghadiri pernikahan Rachel (Rosemarie DeWitt). Saat berkumpul keluarga inilah, masalah keluarga di masa lalu yang belum selesai, muncul kembali di antara ketegangan mempersiapkan pesta pernikahan. Kym memang pernah melakukan kesalahan besar. Saat dia dalam pengaruh obat, ia mengendarai mobil bersama adik bungsunya, Ethan. Saat itu Kym tidak dapat mengendalikan mobil yang disetirinya dan saat mobil itu terjun bebas ke sungai, Kym tak bisa menyelamatkan Ethan yang tenggelam bersama mobil itu. Kematian Et

Love in the Time of Cholera (2007)

* * * Barang siapa percaya cinta sejati itu ada dan akan berakhir happy ending, film ini cukup mewakili keyakinan itu. Diangkat dari novel karya Gabriel Garcia Marquez dengan judul yang sama, film ini mencoba menghadirkan kemeriahan dan kait berkait peristiwa dan tokoh-tokohnya yang tidak sedikit itu. Di sutradarai oleh Mike Newell, film ini berkisah tentang Florentino Ariza (Javier Bardem) yang menakdirkan dirinya sebagai cinta sejati Fermina Daza (Giovanna Mezzogiorno). Namun, nasib juga yang memisahkan Fermina dan Florentino, karena Fermina justru menikahi Dr. Juvenal Urbino (Benjamin Bratt.. God damn.. he's so sexy). Meski harus mengalami patah hati dan berpindah dari satu perempuan ke perempuan lain untuk mengisi hatinya yang ditinggal Fermina, Florentino tetap setia pada takdirnya, bahwa Fermina lah cinta sejatinya meski untuk bertemu takdirnya, Florentino harus menunggu berpuluh tahun. Memang bukan hal mudah untuk memfilmkan, sebuah novel yang sangat kaya detail dan jalan hi

Le Grand Voyage (2004)

* * * * Bagaimana rasanya 'terpaksa' mengantar ayah pergi haji dari Perancis sampai Saudi Arabia? Ismael Farroukhi (sutradara) mencoba menjawabnya. Lewat Reda (Nicolas Cazale) si anak, dan si ayah (Mohamed Majd), perjalanan spiritual ini, menjadi kisah bagaimana anak dan ayah mencoba saling memahami. Tanpa banyak berkata, gap generasi si ayah yang lahir di tanah asal dan si anak yang lahir di tanah rantau, terungkapkan lewat adegan demi adegan film ini. Bagaimana si ayah masih memeluk agama islam secara taat, sementara anaknya yang lahir di Perancis, sulit mengerti mengapa ritual-ritual agama yang terasa menyulitkan itu masih harus dilakukan. Yang lebih mengherankan lagi, mengapa ayanya harus bersusah payah ke tanah suci dengan menempuh jalan darat, padahal ada pesawat yang bisa mengantar si ayah langsung ke tanah suci tanpa harus bersusah payah. Sebagai sebuah film perjalanan spiritual, Le Grand Voyage, terasa kental dan intens lewat bahasa visualnya untuk menjawab pertanyaan-

En La Cama/In Bed (2005)

* * * * 'Ternyata one night stand bisa juga jadi sesuatu yang emosional', begitu komentarnya ketika membahas film ini lewat sms. Film garapan sutradara Chile, Matiaz Bize ini hanya di bintangi oleh dua orang aktris Blanca Lewin sebagai Daniella dan Gonzalo Valenzuela sebagai Bruno. Pertemuan yang tak sengaja di sebuah pesta, membawa Daniella dan Bruno ke atas ranjang untuk seks semalam saja (one night stand). Setelah persetubuhan yang menggairahkan antara dua orang asing yang baru saja bertemu, percakapan diantara keduanya, justru membawa mereka ke wilayah diri yang paling dalam. Hal-hal yang selama ini sulit di ungkapkan oleh masing-masing, justru terungkap karena keduanya berpikir, 'setelah ini kita tidak akan bertemu lagi, setelah ini kita akan sibuk dengan hidup kita masing-masing dan saling melupakan'. Tapi benarkah demikian? benarkan seks hanyalah sekedar penetrasi tanpa emosi? bagaimana dengan gairah saat melakukannya dan emosi yang menyertainya? Kupikir Matias B

Vicky Cristina Barcelona (2007)

* * * Aku ga inget kalo pengen nonton film ini, sampai saat sarapan tiba dan dia mengingatkanku untuk menontonnya. Judulnya cukup menggoda, begitu juga filmnya. Ga ada yang lebih menggoda daripada menonton film tentang hubungan asmara yang rumit dan kait berkait antara sahabat dan teman sekeliling. Cristina (Scralett Johansson) dan Vicky (Rebecca Hall), dua sahabat dari Amerika, pergi berlibur menghabiskan musim panas mereka di Barcelona. Pertemuan mereka dengan Juan Antonio (Javier Bardem), memperangkap dua sahabat ini dalam hubungan asmara yang rumit karena Vicky diam-diam jatuh cinta pada Juan Antonio dan Cristina secara terbuka sangat tertarik pada Juan Antonio pada kali pertama mereka bertemu. Cinta segitiga ini, bertambah rumit dengan kehadiran Maria Elena (Penelope Cruz), mantan istri Juan Antonio yang mengidap histeria dan belum bisa menerima perceraiannya dengan Juan Antonio. Film ini berputar pada kisah kait berkait di antara mereka, namun dengan gaya Woody Allen (sutradara d

The Diving Bell and The Butterfly (2007)

* * * * 1/2 Aku benar-benar jatuh cinta pada bahasa visual Julian Schnabel di Film ini. Menurutku Schnabel sangat jenius memvisualisasikan bagaimana tokohnya, Jean Dominique Bauby, berkomunikasi. Film ini diangkat dari kisah nyata, Editor majalah Elle, Jean Dominique Bauby (diperankan oleh Matthew Amalric) yang menderita Lock-in Syndrome pada tahun 1995, akibat serangan jantung dan stroke yang dideritanya. Satu-satunya organ tubuh yang tidak mengalami kecacatan adalah matanya. Dengan mata itulah, Jean Do, berkomunikasi dengan dunia. Satu kedipan mata untuk mengatakan ya, dan dua kedipan untuk mengatakan tidak. Dalam kondisi yang serba terbatas itu ternyata tidak menghalangi Jean Do untuk menuliskan apa yang dia pikirkan dan rasakan dalam dunianya yang sangat terbatas itu. Dengan dibantu oleh pengeja yang membantu menyebutkan huruf-huruf dimana Jean Do akan mengedip pada huruf yang dimaksud, dalam sisa hidupnya yang serba terbatas itu, Jean Do berhasil menulis sebuah buku tentang imajin

Lost In La Mancha (2002)

* * * * 1/2 Kalau kamu penggemar berat karya-karya Terry Gilliam (Monty Python and Holy Grail, Time Bandit, Brazil, Twelve Monkeys, Fear and Loathing in Las Vegas, Brother Grims), dokumenter ini tontonan wajib untuk mengenali bakat istimewa sutradara pecinta magical realism ini. Awalnya, Keith Fulton dan Louis Pepe, berniat mendokumentasikan proses pembuatan film Gilliam yang berjudul 'The Man Who Killed Don Quixote'. Fulton dan Pepe semula tak pernah menduga, bahwa dokumenter yang mereka buat, akan menjadi diary penting, bagaimana film ini gagal di produksi. Ku kira, bagi siapapun yang tertarik menjadi film maker, kegagalan Terry Gilliam mewujudkan film yang selama ini menjadi alter egonya: Don Quixote, jadi pelajaran penting bahwa banyak hal yang sering kali tak bisa di prediksikan dalam proses pembuatan film. Faktor kekagalan produksi The Man Who Killed Don Quixote benar-benar di luar prediksi, meskipun bayang-bayangnya menghantui proses produksi film ini sejak awal. Sebagai

Joe Strummer: The Future Is Unwritten (2007)

* * * * 1/2 Setelah mencari-cari DVD ini keliling NY.. dapetnya malah di Easy Street Records Seattle. Dokumenter keren menampilkan kekayaan footage yang dirangkai apik oleh sang sutradara Julien Temple. Dokumenter ini menceritakan tentang perjalanan profil Joe Strummer, pentolan The Clash yang cukup karismatik. Mulai dari Briget Bardot, Michael Balzary alias Flea Red Hot Chili Peppers, Bono (U2), Steve Buscemi, Terry Chimes (drummer The Clash), John Cooper Clarke, Johnny Deep, John Cussack, Matt Dillon, Mick Jagger, Martin Scoresese, Anthony Kiedis, Jim Jarmush.. ikut berkomentar tentang Joe Strummer. Pria kelahiran Ankara, Turki, 21 Agustus 1952 dengan nama asli John Graham Mellor sejak kecil ikut berpindah-pindah tempat sesuai dengan tugas ayahnya yang bekerja sebagai staf diplomatik kerajaan inggris. Pengalaman tinggal di Mexico, Turki, Kairo dan Bonn, membentuk musikalitas Strummer yang kelak berpengaruh pada karya-karyanya. Lewat The Clash yang menjadi salah satu legenda punk rock

There Will Be Blood (2007)

* * * * * Film ini pertama kali aku tonton di pesawat dengan subtitle bahasa arab (karena naik Qatar Airways). Berhubung Daniel Day Lewis pemeran utamanya aku nyari lagi DVDnya disini. Lumayan mahal.. tapi tak apalah. Perjalanan ambisi Daniel Plainview (Daniel Day Lewis), spekulator minyak yang memulai karirnya dari nol sampai ia menjadi seseorang. Film garapan Paul Thomas Anderson ini mengangkat pertarungan dua ambisi atas nama uang yang diwakili karakter Daniel Plainview dan ambisi pendeta muda Ely Sunday (Paul Duno) yang mengatas namakan Tuhan untuk mengejar ambisi pribadinya. Film yang menurutku drama dengan takaran yang pas tidak berlebih-lebihan, tapi karena casting yang tepat dan kemampuan Daniel Day Lewis yang total menghadirkan tokoh Daniel Plainview, mampu membuat penontonnya bergidik atas naluri kekejaman Plainview yang tersembunyi. Semua keramahan dan sisi manusiawi Plainview adalah kemampuannya untuk mengontrol ambisi dan kekejaman dalam dirinya. Day Lewis menghadirkan kar

Into The Wild (2007)

Category: Movies Genre: Drama "Happiness is real, when shared." Begitulah Christopher McCandless (12 February 1968-18 Agustus 1992) menulis dalam catatan hariannya di hari-hari terakhir menjelang kematiannya. Sebuah film yang diadaptasi dari kisah nyata Christopher McCandless dan diperankan dengan sangat brilian oleh Emil Hirsch (memerankan Jay Adams dalam Lord of Dogtown). Sebuah film yang menceritakan keberanian merengkuh impian dan keyakinan meski nyawa taruhannya. Chistopher McCandless a.k.a Alexander Supertramp, meyakini bahwa hidup adalah kejujuran untuk merengkuh kebebasan abosolut sebagai manusia. Tanpa hipokrasi, tanpa materi yang menentukan nilai dan harga diri seseorang. Lahir dan besar di Virginia dari keluarga mapan_ ayahnya Walt McCandless, bekerja untuk NASA sebagai antenna specialist. Ibunya, Wilhelmina "Billie" Johnson, bekerja bersama ayahnya mendirikan sebuah konsultan yang cukup sukses. Namun dalam pandangan Chris, orang tuanya adalah figur masya

Antares (2004)

* * * Aku agak surprise ketika alur cerita film ini ternyata seperti Amores Perros, hanya saja dalam tempo yang lebih lambat. Film Austria berbahasa Jerman garapan Gotz Spielman ini, terbagi dalam tiga kisah yang tokoh-tokohnya terhubung dalam ketidak sengajaan. Bermula dari Eva (Petra Morze), seorang suster yang terjebak dalam kehidupan rutin bersama suaminya dan anak perempuannya. Pertemuan Eva kembali, dengan Thomasz (Andres Patton), mengobarkan kembali affair yang pernah terjalin diantara mereka. Eva menemukan kegairahan baru di antara kejenuhan rumah tangganya. Sampai akhirnya dengan dingin Eva menelepon suaminya dan mengaku bahwa ia memiliki kekasih lain. Respon suaminya saat itu adalah 'mengapa? bukankah rumah tangga kita baik-baik saja? Kisah kedua, berkisah tentang sonja, seorang pramuniaga yang sangat pencemburu pada kekasihnya. Kisah Sonja ini terhubung dengan kisah Eva, ketika Eva bertemu Sonja di supermarket, dimana Sonja adalah kasir yang melayaninya. Saat itu, konsum

Breaking and Entering (2006)

* * * Setelah sekian lama absen nonton film, aku memulai lagi melakukan pekerjaan rumah ini. Film yang cerita dan penyutradaraannya digarap Anthony Minghella, niatnya ingin mengangkat persoalan perbedaan ras dan kelas di London antara kelas menengah dan imigran dalam balut cerita drama hadirnya orang ketiga. Sayangnya masalah kelas ini ga berhasil dibidik dengan tajam oleh Minghella. Bercerita tentang Will Francis (Jude Law), seorang urban designer (yeahhh aku suka sama latar belakang profesinya.. remind me someone...) yang mencoba menemukan cinta dari perempuan Swedia-Amerika_Liv (Robin Wright Penn) dan anak perempuannya yang mengidap spektrum autis. LIv yang begitu melankoli, tidak mudah membuka pintu hatinya untuk bisa sepenuhnya dicintai oleh Will. LIv ragu untuk mengundang Will masuk ke dalam lingkaran kehidupannya dan sepenuhnya ikut terlibat mengasuk anak perempuan Liv. Di tengah kegamangan itu, Will lebih memilih tenggelam dalam pekerjaannya sebagai urban designer yang saat itu

In The Mood For Love (Fa Yeung Nin Wa, 2000)

* * * 1/2 Beberapa kali aku minjem film ini tapi ga pernah kesampaian untuk ku tonton. Akhirnya baru sekarang setelah aku menemukan boxset Wong Kar Wai di perpus Ngadinegaran. Yah, kebeneran ku tonton aja daripada waktu istirahat berlalu begitu saja. Mmm.. ga tau kenapa aku tu suka gemes nonton film-filmnya Wong Kar Wai, termasuk film ini. Kar Wai tuh paling jago mempermainkan hasrat terpendam tokoh-tokohnya. Tarik ulur gairah.. saling menahan, tapi pada satu titik dilepaskan begitu saja dengan liar. Berkisah tentang dua pasangan suami istri yang hidup bersebelahan. Mrs. chan (Maggie Cheung) dan Mr. Chow (Tony Leung). Kehidupan rumah tangga keduanya bukanlah kehidupan rumah tangga yang harmonis. Sampai kemudian Mrs. Chan dan Mr. Chow ini menjadi saling mengisi. Sampai pada satu titik, ikatan emosional yang intens itu harus diakhiri, karena bagaimana pun hubungan perselingkuhan kalau kata cicik rani adalah jalan buntu. Selalu mentok. Sebenernya film ini ceritanya seperti cerita perselin

Arizona Dream (1993)

* * * * Niatnya mau nonton habis semua boxsetnya Emir Kusturica selama di Yogja, eh ternyata ga ada subtitle bahasa Inggrisnya. Cuma Arizona Dream satu-satunya yang berbahasa Inggris, jadi ga ada subtitle pun ga masalah. Film ini, termasuk film yang pengen banget aku tonton. Karena Johnny Deep muda maen di film ini. Sebagai pecinta Johnny, tentunya penting menonton film yang di sutradarai Emir Kusturica ini, karena selama ini Johnny banyak kerja sama sutradara-sutradara penting. Salah satunya Kusturica. Ini sebenernya film lama, di bikin tahun 1993. Berkisah tentang Axel Blackmar (Johnny Depp), Leo Sweetie (Jerry Lewis), Elaine Stalker (Faye Dunaway), Grace Stalker (lili Taylor) dan Paul Ledger (Vincent Gallo). Semua tokohnya adalah orang-orang yang percaya pada impiannya. Axel dengan impian-impian tentang salju, alaska, orang eskimo dan ikan-ikan yang dia percayai membawa pesan dari jiwa yang bermimpi; Leo yang sangat mempercayai impian Amerika bahwa dia bisa jadi dealer Cadillac suks

Interview (2007)

* * * * Setelah lama tidak menulis review, aku mau memulainya kembali dengan film yang membuatku jatuh cinta berat sama Steve Buscemi. Di film ini dia membuktikan kemampuannya sebagai god of indie dan sutradara handal. Berkisah tentang Pierre Peders (Buscemi) jurnalis perang dan Katya (Siena Miller seorang aktris opera sabun terkenal. Karena reputasinya sebagai jurnalis perang yang suka menghadirkan narasumber fiktif dalam repotasenya, redaktur akhirnya tidak lagi mempercayai Peders untuk meliput berita-berita politik internasional. Tugas yang paling menyebalkan Peders peroleh ketika ia harus mewawancarai Katya seorang aktris yang tidak satupun filmnya pernah Peders tonton. Sepanjang film ini berisi adegan proses wawancara antara Peders dan Katya yang penuh dengan ketegangan emosi, karena dua-duanya saling memanipulasi satu sama lain. Peders berusaha mengorek sisi Katya yang menjual untuk tulisannya dengan berbagai cara dan Katya yang menyadari hal ini, memainkan perannya dan mengerahk

Machuca (2004)

* * * Di tengah-tengah liburanku di Yogja yang super duper santai dan males-malesan ini, machuca jadi film yang membuatku tertarik untuk menontonnya dari setumpuk film2 yang diborong dari mang-du. Bercerita tentang perbedaan kelas borjuis dan proletar di Chile pada tahun 70-an dan diceritakan dari perspektif persahabatan dua orang murid di sekolah katolik kelas atas. Father MacEnroe berusaha melakukan pembauran kelas antara kedua kelas tersebut dengan memasukan siswa-siswa yang tak mampu ke dalam kelas bersama murid2 dari kelas ekonimi atas. Kesenjangan kelas yang dijalin lewat konflik-konflik sederhana membuat film ini terasa begitu realis. Misalnya ketika tokohnya Gonzalo Infate (Matias Quer) dan Pablo Manchuca (Ariel Mateluna), menikmati sekaleng susu full cream bersama di tepi kali daerah kumuh tempat pablo tinggal. Juga saat Gonzalo ingin buang air kecil di WC dekat rumah pablo dengan kondisi WC yang jauh dari layak.. Sebuah pernyataan menarik dilontarkan oleh ibu pablo, saat pert

After The Wedding/Efter brylluppet (2006)

* * * * Mads Mikkelsen, aktor utama dalam film ini membuatku penasaran. Semula aku mengira ini adalah film peru atau amerika latin lainnya, karena mukanya Mads di cover dvd yang aku dapat, mirip indian peru. Ternyata ini adalah film Denmark yang cukup jarang aku dapatkan. Aku punya ketertarikan yang cukup besar sama film-film skandinavia. Karena dalam bayanganku, orang-orang Eropa Utara itu punya karakter yang dingin yang sepi (mmm.. gimana ya mendeskripsikannya), ku kira film ini akan sedingin dugaanku, tapi ternyata aku salah. Yeah, film garapan Susanne Bier ini, sangat drama dan 'hangat'. Meskipun ceritanya biasa, tapi aku merasa ceritanya utuh dan diperankan dengan sangat emosional oleh tokoh-tokohnya. Berkisah tentang Jacob (Mads Mikkelsen) yang membaktikan hidupnya untuk anak-anak yatim piatu di Banglore, India. Suatu hari, panti asuhan kehabisan uang. Seorang donatur misterius dari Denmark bersedia menyumbangkan uangnya untuk panti, tapi dengan syarat, Jacob harus datang

Batalla en el cielo/Battle in Heaven (2005)

* * * * Aku tuh penasaran berat sama film ini, tapi baru nonton filmnya semalem dan membuatku memincingkan mata.. Mmmm...jadi penasaran sama sutradaranya Carlos Reygadas. Sutradara Mexico angkatan Alejandro Gonjales Inarittu dan punya cara bertutur yang beda banget sama Inarittu. Film ini merupakan film kedua Reygadas setelah film pertamanya, Japon (Japan) dipuji banyak kritikus. Film keduanya ini terasa hening, subtil dan poetic. Meskipun film ini dibuka oleh adegan oral sex yang sangat eksplisit, namun adegan itu justru terasa sangat puitik. Bercerita tentang Marcos (Marcos Hernandez) dan istrinya (Bertha Ruiz) yang menculit bayi tetangganya untuk mendapatkan uang tebusan. Namun tanpa sengaja, bayi itu mati. Dan film ini berfokus pada pergolakan perasaan Marcos untuk mengatasi rasa bersalahnya ini. Marcos yang selama ini menjadi supir bagi Ana (Anapola Muskhadiz), Anak jendral militer, mencoba melepaskan beban perasaannya itu dengan membuat pengakuan pada Ana tentang penculikan itu.

Dreamgirls (2006)

* * * Aku baru inget, kalo udah nonton film ini tapi belum nulis reviewnya. Aku cukup penasaran dengan film ini karena Jeniffer Hudson (Effie White) menang Oscar 2007 untuk pemeran pembantu wanita terbaik. Setelah di tonton, ya bagiku ini film musikal yang digarap dengan sangat baik. Aku sendiri ga terlalu suka sama ceritanya. Biasa aja. Buatku terkesan terlalu klise. Tentang tiga orang perempuan: Effie White (Jeniffer Hudson), Deena Jones (Beyonce Knowles), Lorrel Robinson (Anika Noni Rose) yang ingin jadi bintang, kemudian ikut dari kompetisi satu ke kompetisi lain. Dan karena nasib mujur, seorang produser Curtis Taylor Jr. (Jamie Foxx) menawari mereka jadi backing vocal penyanyi tenar James "Thunder" Early (Eddie Murphy). Cerita bergulir, ketika trio backing vocals ini kemudian sukses membentuk grup trionya sendiri: Dreamgrils. Namun konflik muncul saat Effie yang mencintai Curtis, harus merelakan Curtis menikahi Deena yang dipilihnya. Sampai akhirnya Effie tercampakan dar

Notes on a Scandal (2006)

* * * 1/2 Judi Dench memang tidak perlu di ragukan lagi aktingnya. Berperan sebagai seorang guru, perawan tua, bernama Barbara Covett. Kesepian, hidup dengan seekor kucing dan punya kecenderungan lesbian yang tak berani dia ekspresikan secara terbuka. Kisahnya dimulai saat Sheba Hart (Cate Blanchett), guru kesenian bergabung dengan sekolah tempat Barbara bekerja. Dalam sekejap, pesona Sheba memikat Barbara, rekan gurunya yang lain dan seorang murid berusia lima belas tahun bernama Steven Connolly (Andrew Simpson). Dengan mudah Steven memanipulasi Sheba dengan cerita-cerita tentang dirinya yang mengundang simpati. Skandal guru dan murid pun tak bisa dihindari. Barbara yang mengetahui skandal ini, merasa bertanggung jawab melindungi Sheba supaya rahasia skandal itu tak terbongkar. Namun, diam-diam Barbara memanfaatkan Sheba untuk mengisi kekosongan dan kesepiannya selama ini. Barbara mencatat skandal tersebut dalam buku hariannya dan fantasi tentang kedekatannya dengan Sheba. Sampai akhi

Naga Bonar Jadi 2 (2007)

* * 1/2 Emang udah diniatin pengen nonton film ini di blitz bareng ceuceu. Dan rasanya aku ga rugi bayar 15 ribu untuk nonton film ini. Dua jam lebih durasi filmnya, ngga kerasa bosen buatku. Sebagai anak yang menghabiskan masa kanak-kanak di tahun 80an, tentunya aku sangat mengenal karakter Nagabonar dan Dedy Mizwar. Ketika tahun 2007 ini Naga Bonar jadi dua, aku penasaran. Apalagi yang jadi Nagabonar junior, Tora Sudiro. Aku ngerasa ada kesulitan melihat kembali sosok Nagabonar yang nasionalis itu di tahun 2007 ini. Jadinya aku ngerasa ada beberapa bagian dimana karakter Nagabonar yang dulu, dipaksa hadir di film ini. Bayangin aja, siapa sangka Nagabonar tukang copet dari kampung itu, punya anak seperti Bonaga (Tora Sudiro) yang sangat kosmopolitan dan hidup dalam ruang-ruang bergaya arsitektur minimalis moderen. Penggambaran yang menurutku terlalu kontras. Meskipun Tora kukira udah cukup berhasil mengimbangi karakter dan akting Dedy Mizwar yang memang pemain watak. Aku suka tuh, rel

Berbagi Suami (2006)

* * * * Aku bisa dibilang telat banget baru nonton film ini, tapi aku suka banget film ini. Semuanya menurutku serba pas. Aktingnya pas ga berlebihan, castingnya pas dengan karakter-karakter tokoh yang diperankan. Isunya juga pas porsinya ga terlalu hitam putih ngeliatnya. Artistiknya juga pas. Semua serba pas dan membuat film ini jadi kerasa real banget. Ceritanya tentang tiga perempuan: Salma, Sri dan Ming. Salma (Jajang C. Noer) adalah tipe perempuan yang sangat 'real' dalam arti aku pernah ketemu dengan beberapa perempuan seperti Salma. Demi karir suami dan karirnya sendiri, dia rela di poligami. Bikin orang bertanya-tanya, 'loh dia kan dokter, kok mau sih di poligami suami?'. Takdir lantas menjadi alasan paling jitu yang bisa membuat mulut orang-orang terdiam. Salma menggambarkan sosok perempuan kelas menengah yang lebih mengutamakan 'harmoni' (semu) ini daripada jujur pada perasaannya sendiri kalau dalam hatinya yang paling dalam, dia ga rela di madu. Toko

Paris, Je t'aime (2006)

* * * * Spontan aja si jeng ngajak aku nonton nomat di blitz. Heheheh aku hampir-hampir ga percaya kalo tiketnya 10 ribu aja, karena aku sendiri baru sekarang sempet nonton di blitz. Kami nonton Paris, Je t'aime. Aku emang nunggu-nunggu dvdnya, tapi tentunya nonton di bioskop jauh lebih asyik. Aku absen deh siapa aja sutradara yang terlibat dalam kompilasi film pendek tentang Paris ini: Olivier Assayas (segment "Quartier des Enfants Rouges"); Frédéric Auburtin (segment "Quartier Latin") (transitions); Emmanuel Benbihy (transitions); Gurinder Chadha (segment "Quais de Seine"); Sylvain Chomet (segment "Tour Eiffel"); Ethan Coen (segment "Tuileries"); Joel Coen (segment "Tuileries"); Isabel Coixet (segment "Bastille"); Wes Craven (segment "Père-Lachaise"); Alfonso Cuarón (segment "Parc Monceau"); Gérard Depardieu (segment "Quartier Latin"); Christopher Doyle (segment "Porte de Choi

In The Realm of Senses/Ai No Corrida (1976)

* * * 1/2 Secara ga sengaja, nemu film ini di vertex. Seperti biasa, kalo untuk film-film yang ga aku kenal, daya tarik yang bisa memikatku untuk membelinya adalah judulnya, covernya, juga deskripsi singkat di belakangnya. Apalagi ketika ada penjelasan, film ini pernah dilarang di NY film festival, tambah penasaran. Setelah ditonton, ternyata emang cukup mengejutkan. Tentang affair antara pelayan (Sada) dan majikannya (Kichi-san). Si pelayan, memang terobsesi pada sex dan ia menjadikan majikannya sebagai budak sexnya. Untuk film tahun 1976 mengangkat Jepang sebagai setting cerita, penggambaran sexnya memang sangat vulgar. Adegan oral sex yang saat itu dianggap sebagai perilaku sex yang sangat bejat, ditampilkan pula di film ini. Di Amerika saja, oral sex (tonton: inside deep throat) adalah perbuatan tidak senonoh yang dilarang oleh beberapa negara bagian. Film ini sendiri diangkat dari kisah nyata sebelum perang dunia II. Skandal sex ini memang menghebohkan. Sada yang selalu berusaha m

The Pursuit of Happyness (2006)

* * * Will Smith emang luar biasa. Sejak Prince Fresh of Bell Air, dia menunjukkan bakat aktingnya yang lumayan. Namun di film inilah, bakat akting yang sesungguhnya dia munculkan. Sebuah film drama yang diilhami oleh kisah nyata, kehidupan seorang milyuner Chris Gardner (Will Smith) yang berjuang untuk meraih kesuksesannya. Film-film seperti ini memang selalu inspiratif dan menyentuh. Namun bagiku yang sangat istimewa adalah akting Will Smth yang menyentuh penontonnya dengan cara dia mencari kebahagiaan atas kesuksesannya itu. Dan bagiku film ini bener-bener bisa ngajak penontonnya merasakan bagaiamana karakter Chris Gardner berproses menemukan kebahagiaannya. Di akhir film aku ikut merasakan kelegaan yang membahagiakan itu. Kisah ini juga membuktikan tentang apa yang disebut orang tentang impian Amerika. Meski pemerintahan Amerika menyebalkan, namun negara itu memberi kesempatan pada warganya untuk mewujudkan impian jadi kenyataan dengan kerja keras. Hari ini kamu jadi gelandangan, 1

Anatomy of Hell (2004)

* * * Nampaknya aku perlu memahami dan mengerti bagaimana orang Perancis bercerita. Seringkali, aku ga mudeng sama konsep, cerita, dan bahasa visual mereka, karena aku merasa seperti ga ada klimaksnya. Kejutan ada, tapi seringkali datang tiba-tiba dan bikin kening berkerut, karena.. "bentar, jadi sebenernya film ini tentang apa ya?" Ya begitu juga aku merasakan Anatomy of Hell. Film yang digarap oleh sutradara kontroversialm, Catherine Breillat. Di Film ini, Catherine secara frontal dan vulgar mencoba menjelaskan tentang sisi keperempuanan yang selama ini seringkali tak dipahami oleh laki-laki dalam relasi seksual. Dibintangi oleh ex bintang porno Rocco Siffredi serta model Chanel dan Gaultier, Amira Casar, bagiku terasa sangat teatrikal. Dialognya, adegannya. Bahkan dalam adegan-adegan sex yang begitu vulgar. Jangan bayangkan, kalo film ini sekedar film tripel x. Bagiku, apa yagn ingin disampaikan Breillat sebenernya sesuatu yang menjadi keseharian dan begitu privat bagi per

Eternal Sunshine of The Spotless Mind (2004)

* * * * "You can erase someone from your mind, getting them out of your heart, is another story" Kolaborasi kedua Charlie Kaufman (penulis cerita) dan Michael Gondry (sutradara), setelah film pertama mereka Human Nature. Film dimana Jim Carey dan Kate Winslet beradu akting dengan serius. Jika berharap Carey, muncul dengan kekonyolan karakter, film ini bukan tentang itu. Dengan cara bercerita Charlie Kaufman yang khas dan eksperimentasi Gondry dalam penggarapan video musik, dan tentu saja pemilihan Jim Carey sebagai bintang utamanya, dan perpaduan ini jadinya dasyat. Kaufman selama ini senang sekali mengaduk-ngaduk ingatan tokoh-tokohnya, sehingga batas-batas pengalaman nyata dan imajinasi menjadi kabur. Tentunya, sesuai dengan quote yang aku tulis di atas, film ini tentunya berkisah tentang proses orang-orang yang saling mencintai, mengingat kenangan yang menyengkan dan melupakan hal-hal yang menyakitkan. Tapi bisakah kenangan-kenangan buruk itu benar-benar di hapus? Bagaiman

11'09"01 (2002)

* * * * Sebuah kompilasi film pendek yang dibuat untuk merespon peristiwa 11 september 2001 yang dibuat untuk memperingati setahun tragedi 9/11. Ada Youssef Chahine/Mesir, Amos Gitai/Israel, Alejandro Gonzales Inarritu/Meksiko, Paul Laverty/UK, Sabrina Dhawan/India, Claude Lelouch/Perancis, ken Loach/UK, Samira Makhmalbaf/Iran, Idrissa Oeudraogo/Bukrina Faso, Sean pean/USA, Marie-Jose Sanselme/Israel, Danis Tanovic/Bosnia Herzegovina, daisuke Tengan/Jepang, Pierre Uyterrhoeven/Perancis, Vladimir Vega/UK), masing-masing bikin film berdurasi 11 menit. Banyak hal menarik di kompilasi ini, terutama bagaimana masing-masing sutradara dari berbagai negara itu, merespon 9/11 dengan perspektif dan pandangan dunianya masing-masing. Beberapa diantaranya menurutku cukup kritis melihat peristiwa ini. Karya Amos Gitai dari Israel salah satunya. Amos memotret 9/11 lewat sebuah peristiwa meledaknya bom mobil di pasar loak, di salah satu sudut kota Jerusalem. Polisi, ambulance, masyarakat sekitar tampa

Hiding And Seeking (2004)

* * * * Sutradara Menachem Daum and Oren Rudavsky. Tentang tiga generasi dalam keluarga yahudi ortodok naratornya adalah generasi kedua. Dia seperti jadi jembatan antara bapaknya yang mengalami holocaust dan anaknya yang tidak lagi mempersoalkan mimpi buruk sejarah itu karena buat anaknya ga kebayang aja gimana rasanya holocaust. Nah generasi kedua kemudian menjembatani pengalaman itu. Dia mengajak anaknya untuk melacak jejak kakeknya (generasi pertama) ke polandia, juga mengunjungi keluarga yang menyelamatkan kakeknya itu dari kejaran tentara NAZI, dengan cara menyembunyikan kakeknya dan dua sodaranya yang lain di sebuah lubang yang tertutup jerami. Yang menarik dari film ini kemudian adalah proses transformasi pengalaman sejarah antara generasi pertama(yang mengalami langsung) dan generasi ketiga yang dibesarkan oleh mitos sejarah. Bagaimana kemudian generasi ketiga setelah proses transforamasi itu terjadi, justru bisa melihat sisi lain dari mimpi buruk sejarah. Kemudan sisi gelap it

Sherry Baby (2006)

* * * Mmmm... mulai darimana ya komentarnya? Bayangin, seorang ibu_Sherry (Magie Gyllenhaal) baru bebas, setelah dipenjara bertahun-tahun karena kasus narkoba. Si ibu berusaha memulai kembali hidupnya, bukan cuma memulai, tapi juga menatanya kembali. Berusaha tetap bersih dari ketergantungan pada narkoba, berusaha jadi ibu yang baik dan berusaha berpandangan lebih positif pada dirinya sendiri. Tapi apakah mungkin semua itu bisa terjadi pada saat yang bersamaan? Laurie Collyer, sang sutradara sekaligus penulis naskah film ini, berhasil bicara dengan bahasa yang sangat visual untuk cerita drama seperti ini. Tanpa percakapan verbal, penonton bisa tau apa yang sesungguhnya telah dialami oleh Sherry sehingga hidupnya kacau. Ada sebuah adegan yang mengesankan aku, ketika Sherry dan sodaranya Bobby (Brad William Henke) ada di sebuah restoran. Bobby bilang pada Sherry "Jangan kau kira aku tak tau apa yang telah kau lalui. Dan aku ada dipihakmu Sherry." Saat itu Sherry hanya bilang &q

Shortbus (2006)

* * 1/2 Exxxtremely comedy not only about sex but also sexuality... sesuai dengan taglinenya, film ini memang menampilkan eksplisit content.. tentang sex dalam kaitannya dengan sexuality sebagian kecil new yorker. John Cameron Mitchell, sutradara asal Texas, mencoba mengangkat persoalan kaum pendatang yang mengalami masalah dalam seksualitas, ketika mereka datang ke new york. Shortbus adalah nama sebuah klab alternatif, tempat orang-orang yang memiliki masalah sex dan seksualitas, berkumpul dan mencoba memecahkan masalahnya. Swinger, lesbian, gay, para penganut BDSM, bertemu di klab ini dan bebas bereksperimen dengan persoalan sex dan sexuality mereka. Film ini berfokus pada karakter sofia (sook-yin lee) yang lahir dari keluarga imigran cina di canada dan meniti karir sebagai sex therapist di NYC. Persoalannya, sebagai seorang therapist, sofia mengaku belum pernah merasakan orgasme sekalipun, meski ia dan suaminya telah mencoba bereksplorasi dalam permainan sex mereka. Tokoh lain adala

Little Miss Sunshine (2006)

* * * Satu hal yang kusukai dari film-film yang katanya ‘hollywood’ banget.. adalah selalu ada ‘pesan moral’ yang bisa ditangkap tanpa kita merasa sedang di ceramahi. Di Little Miss Sunshine hal itu kerasa banget. Penonton ga akan mengelak kalo banyak pesan-pesan baik di film ini. Film garapan sutradara Jonathan Dayton ini, mengajak penontonnya berpikir tentang apa artinya menang dan kalah.. apa artinya berproses untuk mendapatkan sesuatu. Nice.. Secara teknis, film ini biasa aja. Ga ada yang terlalu istimewa dari komposisi, alur cerita, sinematografi.. tapi yang membuatku merasa senang dengan film ini adalah pengkarakteran tokoh-tokohnya. Richard (Greg Kinnerar) sang ayah dalam keluarga, digambarkan sebagai seseorang yang berprofesi sebagai motivator yang gagal menjual program 9 langkah bagaimana caranya menjadi pemenang, sementara si istri, Sheryl (Tony Collete), tipikal ibu kelas pekerja yang sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya. Makanan instan, piring sterofoam jadi hal bias