Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2010

Blur: The Universal

Nonton film The Good Night , bikin aku jadi inget sama lagu ini dan mencari donlotannya. Aku suka intro orkestranya. Sejak lagu ini muncul, aku langsung suka. Menurutku Blur sebagai band indiepop pada jamannya punya kemampuan musikal yang cukup kuat. Damon Albarn menurutku lebih pantes disebut seniman daripada popstar. Project band 2 demensi pertama di dunia yang digagas olehnya_ Gorillaz dan melibatkan banyak musisi, menurutku brilian banget. Apalagi sikapnya yang menjauhi gaya hidup selebriti pada umumnya dan lebih low profile karena yang penting adalah karyanya. Aku merasa beruntung banget pernah nonton dia dengan projectnya the Honest Jon’s Revue di Lincoln Center, NYC, 12 Juli 2008. Di konser itu aku lihat Albarn bukan sosok yang senang tampil di atas panggung. Selama para musisi Mali dan beberapa musisi dari AS tampil, Albarn memilih duduk di tepi panggung di dekat posisi drum jadi agak tersembunyi gitu. Foto-foto pas konser itu aku upload menyusul. Sekarang aku lagi pengen

Pulang Ke Rumah

 "lotus di danau angkor" foto by vitarlenology   Seburuk-buruknya rumah, selalu saja pulang ke rumah menjadi hal yang melegakan setelah perjalanan. Di rumah, meski tempat tidur tidak senyaman hotel dan tidak ada hal baru, tapi rumah selalu membawa kenyenyakan tidur yang berbeda. Perjalanan kali ini, membawa rumah pada kelegaan dimana perasaan kembali pulang perasaan beristirahat, pada pekerjaan-pekerjaan, pada teman-teman pada ritual-ritual rumah yang beda rasanya jika dilakukan di tempat lain. Juga pada masakan ibu. "Bu, aku ingin makan sayur daun singkong besok.." permintaan yang selalu sama, setiap kali aku kembali dari perjalanan. Dan ibuku yang menurut kakakku kehilangan mood memasak selama aku pergi, permintaanku membuatnya kembali bersemangat. Apa yang berbeda setelah pulang? selain cap di passport bertambah. Ku kira rasa menaklukkan jarak itu juga menjadi penting. Bahwa dalam hidup ini, ada jarak jelajah yang membuat diri mengalami keluasan dunia. Bukan

Catatan Perjalanan 3 - Thailand: Bangkok Dalam Sepenggal Jalan Bernama Khao San

Meski bisa beradaptasi dengan cepat dengan kotanya, namun aku ga bisa beradaptasi dengan cepat dengan moodku yang hilang di tengah jalan. Mungkin karena kehilangan frekuensi dengan teman perjalanan, merasa perjalanan ini jadi terasa sangat lama dan panjang, dan merindukan pekerjaan-pekerjaan. Setelah berhitung, kami memutuskan ga jadi ke Phuket, karena budget terbatas. Akhirnya 6 hari dihabiskan hanya di Bangkok dan kehidupanku selama 6 hari berputar di Khao San Road dan Silom saja. Sempat berkeliling ke beberapa kuil besar, tapi ya semuanya seperti sama saja. Ga banyak perbedaannya. Yang menarik justru demonstrasi 'kaos merah' Thailand yang gencar menyuarakan reformasi kepemimpinan di Thailand. Banyak tempat-tempat tutup juga gara-gara pawai para demonstran yang waktu aku datang mereka udah berdemonstrasi selama 20 hari. Beneran non stop 24 jam. Mereka membangun basecamp dekat Khao San Road. Jadi setiap malam aku bisa mendengarkan pidato para orator seperti suara pengajian d

Feel In Love With a Band

Setelah menamatkan The Motorcycle Diaries dalam berjalanan Thailand - Malaysia (2 hari, 2 malam di kereta api..:P), tentunya aku membutuhkan buku lain untuk menemani perjalananku. The Motorcycle Diaries enak banget dibacanya. Che Guevara pandai bercerita. Waktu buku itu selesai, ada perasaan "yah, kok dah selesai lagi.." Sampai di Kuala Lumpur, tujuan pertamaku adalah Kinokuniya di KLCC, mencari-cari buku, tadinya mau nyari referensi buat tulisan yang lagi kukerjain, trus tiba-tiba aja di rak "rock n' roll" aku menemukan buku ini " Fell in Love with a Band: The Story of The White Stripes " WOHOOOO!!!! Sebagai fan beratnya The White Stripes, aku kok ga ngeh kalo buku ini ada ya? Di terbitkan tahun 2004, jadi ga lengkap sampai berita paling baru soal TWS. Tapi sejauh yang aku baca, banyak info yang aku ga tau soal TWS dan menjawab misteri TWS yang selama ini ga banyak di ekspose media. Ada banyak wawancara sama temen SDnya si Jack, sobatnya Meg dan pen

Kangen Kerja

Dalam rangka mencari cara mengembalikan mood perjalanan, terpikir olehku bahwa salah satu penyebab hilang mood, selain penyesuaian dengan teman perjalanan, juga kerana aku rindu pada pekerjaan-pekerjaanku di Bandung. Digital detox sebulan mungkin aku bisa, tapi tidak 'bekerja' dalam tiga minggu bisa membuat aku 'gila'. Bekerja dalam arti juga membuat sesuatu (hiks jadi teringat tumpukan bahan baku di deket meja kerjaku). Apalagi  dalam perjalanan ini aku mendapat banyak ide baru untuk berkarya, rasanya ingin segera merealisasikannya. Memang suka serba salah. Kalau kerja terus ga ada istirahatnya juga otak rasanya jenuh. Tapi kalo liburan bener-bener off kerja selama 3 minggu begini, juga rasanya ga karu-karuan. Setidaknya dari perjalanan ini aku jadi tau, waktu maksimum yang bisa kupenuhi untuk off dari pekerjaan itu berapa lama: 2 minggu lah. Cukup. Ga nyentuh bahan2 buat berkarya. Lebih dari itu, aku bisa sakau beneran (untung aku bawa hook crochet, aku bisa merajut

Teman Perjalanan

 Foto kiriman Tanto yang membuatku terhibur karena teringat bagaimana Nirwan Arsuka "tertakjub-takjub" dengan singkatan ini..cara dia mengatakannya itu loh.. lucu banget.. :D Hal yang paling berat dalam sebuah perjalanan adalah menjaga frekuensi dengan teman seperjalanan. Hari pertama, kedua masih seperti masa-masa serba antusias, tapi saat sudah sampai tempat tujuan dan mulai menemukan minat masing-masing, mulailah setiap tujuan menjadi terlihat berbeda. Pada titik ini, frekuensi atau chemistry masing-masing perlu mengalami penyesuaian lagi. Penyesuaian menjadi sulit saat dari awal udah ketauan beda frekuensi cukup jauh. Jadinya sampai satu titik, perjalanan menjadi masing-masing dan bersama hanya sebatas persoalan teknis (Duh.. kenapa terdengar seperti sebuah hubungan rumah tangga ya... hihihihih.. setidak kesamaan ini disimpulkan dari cerita-cerita temanku yang sudah berumah tangga :D) Ini menjadi sebuah pelajaran jika akan melakukan perjalanan cukup panjang seperti ini

Catatan Perjalanan 2 - Cambodia: Terbakar Teriknya Tanah Khmer

Selamat datang di Cambodia Perjalanan menyebrang dari Ho Chi Minh ke Phnom Penh, berjalan lancar dan tidak ada kendala yang berarti. Perjalanan mamakan waktu sekitar 6 jam. Kami berangkat 29 Maret 2010 Pk. 10.00, sampai perbatasan sekitar pk. 12.00 waktu setempat (tidak ada perbedaan waktu dengan Jakarta). Teriknya tanah Cambodia, langsung terasa. Tenggorokanku langsung bereaksi dengan hal ini, rasanya kering sekali dan panas. Urusan visa juga ga repot, karena semua dibantuin oleh petugas bis yang membawa penumpang ke Cambodia. Sepanjang perjalanan menuju Phnom Penh daerah yang kulewati terasa gersang dan panas menyengat. Terlihat sekali perbedaan antara Vietnam dan Cambodia, sebagai negara yang lebih kecil dan beda ideologi dengan Vietnam, Cambodia seperti sedang berjuang keluar dari bayang-bayang rezim Khmer Merah dan sedang berusaha membangun dirinya dengan tertatih-tatih. Setidaknya kesan itu aku dapatkan dari ekspresi orang-orang Cambodia yang kutemui sepanjang perjalanan. Seor

Catatan Perjalanan Bagian 1- Vietnam: Salam dari Paman Ho

  Selamat Datang di kotanya Paman Ho Akhirnya tanggal 24 Maret tiba juga. Perjalanan di mulai dari Jakarta ke Ho Chi Minh. Penerbangan pk. 16.40 WIB dan sampai di Ho Chi Minh Pk. 20.00 waktu setempat. Oya antara Ho Chi Minh dan Jakarta tidak ada perbedaan waktu. Di Ho Chi Minh aku menginap di rumahnya Mba Vera dan Mas Andreas, teman kakakku yang tinggal di daerah Ann Phu, Distrik 2 Ho Chi Minh City. Mereka sedemikian luar biasa. Sangat welcome dan membuat perjalanan ini dimulai kenyamanan rumah sendiri. Menariknya karena Mba Vera dan Mas Andreas adalah orang Indonesia, mereka berlangganan TV satelite yang menayangkan tayangan stasiun TV Indonesia, seperti SCTV, Indosiar, TVONE, Metro TV, hahahah.. jadinya pas jam sinetron tiba, aku sedikit bingung.. sebentar ini di Indonesia atau di Ho Chi Minh sih.. hehehheh..   Perkabelan yang mirip sarang burung di sepanjang jalan-jalan Ho Chi Minh langsung menarik perhatian.. Di Ho Chi Minh, kami menghabiskan 4 malam 5 hari untuk mengekplor H