Skip to main content

After The Wedding/Efter brylluppet (2006)

* * * *

Mads Mikkelsen, aktor utama dalam film ini membuatku penasaran. Semula aku mengira ini adalah film peru atau amerika latin lainnya, karena mukanya Mads di cover dvd yang aku dapat, mirip indian peru. Ternyata ini adalah film Denmark yang cukup jarang aku dapatkan.

Aku punya ketertarikan yang cukup besar sama film-film skandinavia. Karena dalam bayanganku, orang-orang Eropa Utara itu punya karakter yang dingin yang sepi (mmm.. gimana ya mendeskripsikannya), ku kira film ini akan sedingin dugaanku, tapi ternyata aku salah.

Yeah, film garapan Susanne Bier ini, sangat drama dan 'hangat'. Meskipun ceritanya biasa, tapi aku merasa ceritanya utuh dan diperankan dengan sangat emosional oleh tokoh-tokohnya. Berkisah tentang Jacob (Mads Mikkelsen) yang membaktikan hidupnya untuk anak-anak yatim piatu di Banglore, India. Suatu hari, panti asuhan kehabisan uang. Seorang donatur misterius dari Denmark bersedia menyumbangkan uangnya untuk panti, tapi dengan syarat, Jacob harus datang langsung ke Denmark. Jacob yang selama ini berusaha mengubur masa lalunya dan menghapus Denmark dari ingatannya, terpaksa kembali ke negeri asalnya itu, demi anak-anak yatim dan sekolah tempat ia membaktikan dirinya selama ini.

Dermawan misterius itu ternyata bernama Jorgen (Lorf Lassgard) seorang pengusaha kaya. Sebelum mendermakan sebagian hartanya pada Jacob, Jorgen ingin mengenal Jacob lebih jauh. Ia mengundang Jacob pada pesta pernikahan anak perempuannya Anna (Stine Fischer Christensen). Jacob memenuhi undangan itu. Konfliknya bermula disini. Ternyata Helene (Sidse Babett Knudsen) istri Jorgen adalah mantan kekasih Jacob yang ditinggalkannya, saat Helene tengah mengandung Anna.

Ceritanya sengaja ga dibikin berbelit-belit, karena kemudian, Anna mengetahui bahwa Jacob adalah ayahnya yang selama ini dikira telah mati. Proses Anna menerima Jacob pun tak berbelit-belit. Semua mengalir. Bahkan ketika Helene, Jacob, Anna, mengetahui bahwa Jorgen ternyata sedang sekarat, sehingga ia menawarkan uangnya untuk membantu panti asuhan Jacob di India, namun dengan syarat bahwa Jacob harus tinggal di Denmark dan membantu Anna mengelola yayasan sosial yang didirikannya. Semua mengaliur dari awal cerita sampai akhir cerita.

Aku merasa, kekuatan film ini justru terletak pada ceritanya yang mengalir dan emosi yang di perankan sangat baik oleh tokoh-tokohnya, sehingga film ini terasa hangat dan haru. Susan banyak menyoroti detail ekspresi mata tokoh-tokohnya. Dia mencoba bercerita dengan bukan saja secara verbal, namun juga gestur dan detail ekspresi tokoh-tokohnya.

Untuk yang seneng nonton film drama keluarga, film ini cukup mengharukan dan memenuhi naluri drama manusia yang berakhir dengan happy ending.

Comments

Popular posts from this blog

“Rethinking Cool” Gaya Anak Muda Bandung

pic by egga Tak sengaja, suatu siang, saya mendengar percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kerja saya. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik saya. Secara reflek, saya memandang si penanya yang duduk di hadapan saya. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata saya terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, merek 347, menghiasi ransel berwarna biru tua itu. Temannya yang duduk di sebelah saya menjawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?) . Anak SMP yang duduk di hadapan saya itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). Saya kaget, sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian saya bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Teman saya, si pemilik clothing la...

Berumur Tigapuluh Sekian

Pic: tara mcpherson Biasanya memasuki umur 30 untuk seorang perempuan lajang akan menghadapi kepanikan-kepanikan ga perlu. Kalaupun kepanikan itu datangnya bukan dari perempuan yang bersangkutan, datangnya dari linkungan sekitarnya: keluarga, teman-teman, tempat kerja. Apalagi yang bisa membuat panik selain soal pasangan. Lingkungan sosial biasanya memang lebih mengkawatirkan soal pasangan ini daripada masalah kontribusi sosial sang perempuan terhadap lingkungannya. Ga punya karir yang jelas juga ga papa yang penting kamu punya pasangan. Dan setelah menemukannya, segeralah menikah. Begitulah nasib sebagian (besar) perempuan yang memasuki dan menjalani usia 30 sekian ini. Seorang baru-baru ini disinisi keluarganya ketika ia menolak lamaran seorang pria. Usia temanku, 34 tahun dan menjomblo beberapa tahun terakhir setelah putus dari pacarnya. "Udah 34 tahun kok masih bisa nolak cowo," begitu kira-kira komentar sinis keluarganya yang lebih panik daripada temanku sendiri. Sementa...

Mencintai Lelaki Beristri

Foto karya Roy Voragen Satu hal yang harus kamu pahami, ketika berhubungan dengan lelaki beristri, kamu harus rela. Rela menjadi nomer kesekian. Rela menjadi bukan prioritas. Rela menerima sisihan waktu. Rela menerima label pengganggu rumah tangga orang lain. Rela memberi maaf atas semua alasan yang harus kau terima, saat si lelaki itu tak bisa menepati banyak hal yang ia janjikan padamu. Rela atas banyak hal. Rela atas semua resiko, ketika kau tau, lelaki yang kau cintai adalah lelaki dengan status NOT AVAILABLE alias Suami orang, alias bapaknya anak-anaknya. Tentunya kau akan dituduh cari gara-gara, cari penyakit, parahnya perempuan ga bener, perempuan gatal, ketika kau lebih memilih mencintai lelaki beristri daripada lelaki lajang untuk kau kencani. Tapi kau juga bisa membela diri, siapa yang bisa melarang perasaan cinta yang datang? Kerelaan ini, termasuk juga ketidak pahaman lingkungan ketika dalam hubungan itu,ketika kau berusaha keras menjaga dengan susah payah batas terjauh dar...