Skip to main content

Paris, Je t'aime (2006)

* * * *

Spontan aja si jeng ngajak aku nonton nomat di blitz. Heheheh aku hampir-hampir ga percaya kalo tiketnya 10 ribu aja, karena aku sendiri baru sekarang sempet nonton di blitz. Kami nonton Paris, Je t'aime. Aku emang nunggu-nunggu dvdnya, tapi tentunya nonton di bioskop jauh lebih asyik.

Aku absen deh siapa aja sutradara yang terlibat dalam kompilasi film pendek tentang Paris ini: Olivier Assayas (segment "Quartier des Enfants Rouges"); Frédéric Auburtin (segment "Quartier Latin") (transitions); Emmanuel Benbihy (transitions); Gurinder Chadha (segment "Quais de Seine"); Sylvain Chomet (segment "Tour Eiffel"); Ethan Coen (segment "Tuileries"); Joel Coen (segment "Tuileries"); Isabel Coixet (segment "Bastille"); Wes Craven (segment "Père-Lachaise"); Alfonso Cuarón (segment "Parc Monceau"); Gérard Depardieu (segment "Quartier Latin"); Christopher Doyle (segment "Porte de Choisy"); Richard LaGravenese (segment "Pigalle"); Vincenzo Natali (segment "Quartier de la Madeleine"); Alexander Payne (segment "14th arrondissement"); Bruno Podalydès (segment "Montmartre"); Walter Salles (segment "Loin du 16ème"); Oliver Schmitz (segment "Place des Fêtes"); Nobuhiro Suwa (segment "Place des Victoires"); Daniela Thomas (segment "Loin du 16ème"); Tom Tykwer (segment "Faubourg Saint-Denis"); Gus Van Sant (segment "Le Marais").

Dari segambreng sutradara, favoritku adalah karya Ethan Coen (segment "Tuileries"); Joel Coen (segment "Tuileries") dan Alexander Payne (segment "14th arrondissement"). Di "Tuileries" tentunya aku seneng banget karena yang maen disitu steve buscemi. Si om, ga ngomong sepatah katapun.. tapi muka vampirenya itu, cukup ekspresif untuk bercerita tentang turis yang baru pertama kali ke Paris, trus ga tau harus gimana, karena ga bisa bahasa Perancis dan paham masalah adat istiadat orang Perancis. Sesuatu yang biasa banget dan mungkin dialami oleh berjuta-juta orang yang datang ke Paris untuk pertama kalinya (BUSCEMI, Je t'aime).

Sementara karyanya Alexandre Payne, sederhana banget. Tentang buruh pabrik di Denver AS yang niat banget liburan ke Paris. Sampai dia kursus bahasa supaya bisa menikmati Paris. Narasinya sangat manusiawi dan menyentuh. Dia liburan sendiri ke Paris. Melihat dunia yang lain selain Denver dan dia merasa hidup kembali. Sangat menyentuh.

O ya, segment lain yang mendapat catatan dariku adalah karyanya Sylvain Chomet (segment "Tour Eiffel"). Aku suka banget sama pantomimenya. Paris banget (meskipun aku belon pernah ke paris, tapi aku merasa penggambarannya sangat ilustrasi le meridien). Yang ga kalah keren juga, setting cerita jadi tampak seperti panggung pantomime, termasuk juga urusan komposisi. Keren banget. Chomet, mengulang aura Triplettes de Belleville, Les (2003), cuma dalam karakter yang lebih nyata.

Keren. Aku suka banget. Nih. Mm.. satu lagi, Sergio Castellitto (Don't Move, 2004) om-om berwajah depresi, main juga di segment: 'Bastille'.Ada Natalie Portman, Emily Montimer, Elijah Wood (Aneh banget segmentnya), Nick Nolte, William Dafoe... lebih jelasnya klik: Paris Je t'aime

Comments

Popular posts from this blog

Menjadi Penjilid dan Perjalanan Menemukan Fokus

Playing The Building, foto vitarlenology 2008 Suatu hari, ketika berkunjung untuk pertama kalinya ke markas besar Etsy, di Brooklyn, NYC, tahun 2008, Vanessa Bertonzi yang saat itu bekerja sebagai humasnya Etsy, bertanya padaku "Setelah pulang dari Amerika, apa yang akan kamu lakukan?" Saat itu spontan aku menjawab, "Aku mau jadi desainer stationery." Padahal, aku belum sekalipun punya pengalaman ikut kelas menjilid buku atau hal-hal yang sifatnya mengasah keterampilanku menjilid buku.  Jawabanku lebih didasarkan pada kesukaanku akan stationery terutama sekali notebook dan alat-alat tulis. Desain Stationery seperti apa yang ingin aku buat, itupun masih kabur. Namun rupanya, jawabanku itu seperti mantra untuk diriku sendiri dan patok yang ditancapkan, bahwa perjalanan fokusku dimulai dari situ. Menemukan kelas book binding di Etsy Lab pada saat itu, seperti terminal awal yang akhirnya membawaku menelusuri ‘book binding’ sebagai fokus yang ingin aku dalami. Pert...

Ketika Menjadi Aktivis Adalah Hobi

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Pro Aktif Online Hobi seperti apakah yang cocok untuk para aktivis? Pertanyaan ini muncul ketika saya diminta menulis soal hobi untuk para aktivis untuk laman ini. Saya kira, siapa pun, dari latar belakang apapun, baik aktivis maupun bukan, bisa bebas memilih hobi untuk dijalaninya. Karena hobi adalah pilihan bebas. Ia menjadi aktivitas yang dikerjakan dengan senang hati di waktu luang. Apapun bentuk kegiatannya, selama aktivitas itu bisa memberikan kesenangan bisa disebut hobi.  Sebelum membicarakan bagaimanakah hobi untuk para aktivis ini, saya akan terlebih dahulu membicarakan soal hobi, terutama yang hobi yang merupakan keterampilan tangan. Selain memberikan kesenangan, aktivitas ini bisa melatih kemampuan motorik dan keahlian dalam membuat sesuatu. Misalnya saja menjahit, merajut, automotif, pertukangan, apapun kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan.  Banyak orang merasa, aktivitas ini terlalu merepotkan untuk dilakukan,...

Craftivism: The Art of Craft and Activism

Bahagia sekaligus bangga, bisa terpilih untuk memberikan kontribusi tulisan pada buku tentang craftivism ini. Sementara aku pasang review dan endorsment terlebih dahulu. Untuk resensinya akan aku publikasikan dalam terbitan yang berbeda.  ------ Editor Betsy Greer Arsenal Pupl Press Craftivism is a worldwide movement that operates at the intersection of craft and activism; Craftivism the book is full of inspiration for crafters who want to create works that add to the greater good. In these essays, interviews, and images, craftivists from four continents reveal how they are changing the world with their art. Through examples that range from community embroidery projects, stitching in prisons, revolutionary ceramics, AIDS activism, yarn bombing, and crafts that facilitate personal growth, Craftivism provides imaginative examples of how crafters can be creative and altruistic at the same time. Artists profiled in the book are from the US, Canada, the UK...