Foto dari vitarlenology flickr album
Beberapa waktu terakhir, beberapa teman memutuskan untuk meninggalkan tobucil dengan alasan sudah saatnya mereka mesti berbeda arah. Ada cita-cita lain yang mesti mereka tuju. Hal yang lumrah dan wajar. Ketika tidak selamanya orang yang berjalan bersama, mendukungku mencapai tujuan akan berjalan terus berbarengan sampai ujung. Toh, realitanya, teman perjalanan akan selalu berganti, seperti sebuah lari estafet yang tetap dari awal sampai akhir menjalaninya adalah aku sendiri tentunya yang punya cita-cita. Aku lebih bisa mengahadapinya dengan santai dan menerimanya sebagai bagian dari dinamika perjalanan.
Memang keberadaan teman yang membantu memikirkan banyak hal tentu saja sangat meringankan beban di perjalanan ini. Namun, jika mau jujur teman perjalanan ini juga seringkali menciptakan ketergantungan yang sulit dilepaskan ketika yang digantungi harus pergi meninggalkan perjalanan ini. Jebakannya adalah aku jadi merasa ga yakin bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan teman yang selama ini menyertai. Padahal kalau di runut, pada awalnya sendiri membangun, teman yang membantu datang kemudian. Saat bertukar pikiran dengan sahabatku si pembalap gadungan, aku justru kembali diingatkan olehnya. Dia bilang bahwa biasanya keputusan untuk meninggalkan organisasi terlalu cepat oleh para pendiri, justru akan melemahkan organisasi itu sendiri dan justru menjadi faktor penyebab bubarnya sebuah organisasi. Seperti meninggalkan bayi prematur yang sesungguhnya masih sangat membutuhkan perawatan intensif dari ibu yang melahirkannya. Sahabatku bilang, justru ini mungkin saatnya aku untuk balik lagi ke tobucil. Balik dalam arti, terlibat dan mengambil peran lebih banyak.
Aku jadi ingat omongan temanku, pendiri Ruang Rupa. Dia sempat bilang padaku, bahwa yang namanya kaderisasi dalam sebuah ruang alternatif seperti Ruang Rupa atau Tobucil, itu tidak mungkin bisa terjadi dalam 10 tahun. Mungkin baru 20 atau 25 tahun, setelah semua sistem tata kelola organisasi di ujicobakan lalu ketemu formula dasarnya, baru kaderisasi itu bisa benar-benar di lakukan.
Aku memang sempat mengurangi banyak peranku di tobucil. Sebenarnya untuk memberi kesempatan dan peluang pada yang lain. Tapi mungkin menguranginya terlalu banyak, jadinya aku terlalu sedikit mengambil peran. Memasuki tahun ke 10, 2011 nanti, rupanya aku memang mesti mengambil lebih banyak peran, tanpa mengurangi upaya kemandirian orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Ke depannya yang perlu diuji coba adalah sistem yang selama ini coba dibangun oleh tobucil, bukan ketergantungan pada individu pelaksananya. Dan kalau aku menafsir omongan sahabatku itu, peran pendiri sebenarnya ada pada monitoring sistem dan melakukan ujicoba sistem sampai akhirnya menemukan formula dan rumus untuk bertahan dan berkembang. Keterlibatan seperti itu yang perlu aku fokuskan ke depannya.
Tantangan yang cukup berat dalam mengelola komunitas seperti tobucil sebenarnya ada pada mengelola dinamika pergantian orang dan juga meneruskan tongkat estafet tugas-tugas yang selama ini sudah dijalani, pada orang yang baru. Peran yang mesti dilakukan olehku sebagai pendiri adalah membuat mekanisme pergerakan tongkat estafet ini bisa berjalan dengan baik dan tidak mengubah tujuan utama yang telah ditetapkan. Peranku justru kembali menjadi panglima yang mengatur dan menyusun segala perubahan situasi dan formasi yang terjadi.
Ya, tahun depan akan menjadi tahun yang penting bagi kehidupanku di tobucil. Dimulai dari mendefinisikan kembali peranku di sini..
Comments
membaca postingan ini dan postingan sesudahnya, aku jd terharu...