Skip to main content

Menikahi Impian Dan Cita-cita

the Poem Tim Burton Wrote for Johnny Depp

Jika ditanya, apakah aku sudah menikah? Ya. Aku sudah menikah. Menikah dengan impian dan cita-citaku. Menikah dengan banyak orang yang berjalan bersama menuju cita-citaku. Pada impian dan cita-cita aku berkomitmen, berjanji untuk setia, karena cita-cita dan impian tidak pernah berkhianat. Aku yang justru sering mencoba mengkhianatinya. Namun setiap kali aku kembali dari pengkhianatanku,  impian dan cita-cita selalu menerimaku dengan tangan terbuka dan memberiku kekuatan untuk kembali yakin. Sejauh apapun aku berusaha meninggalkan impian dan cita-citaku, aku akan selalu ditarik untuk kembali. Aku tak bisa hidup tanpanya.

Bagaimana dengan menikahi laki-laki dengan cita-cita lain dan impian berbeda di kepalanya? Mungkin saja. Menikahi laki-laki yang tau apa yang dia cita-citakan dan dia impikan, sesungguhnya seperti menikahi impian dan cita-cita yang lain. Aku berjanji setia pada impiannya, begitu pula dia bersedia bersetia pada impian dan cita-citaku. Beruntung sekali jika bertemu laki-laki seperti ini yang tidak memaksaku bersetia pada impian dan cita-citanya saja, tapi juga mau bersetia pada cita-cita dan impianku juga. Sayangnya laki-laki seperti ini, sangat-sangat sulit ditemukan terutama yang bisa dinikahi. Kebanyakan menuntut setia pada salah satu impian dan cita-cita saja, bukan pada kedua belah pihak. Sementara yang bisa bersedia setia pada impian dan cita-cita kedua belah pihak, justru tidak mungkin dinikahi (kontradiktif memang, mau setia pada impian orang lain, tapi dia sendiri tidak setia pada impiannya sendiri yang sudah terlanjur dibangun bersama pasangan yang ia pilih).


Untuk itu, aku mencari orang yang berani menikahi cita-cita dan impianku, karena jika aku bertemu dengan orang pemberani seperti itu, aku akan menemukan keberanian dan keyakinan untuk menikahi cita-cita dan impiannya. Mari kita saling menikahi impian dan cita-cita kita.. aku berani, bagaimana dengan kamu?

"I'm someone who remains faithful to my dreams." - Benicio Del Toro

Comments

cassia vera said…
ihhh..setuju bangeet :)
eis eis...


eh bahan2 buat adw udah siap?
Nia Janiar said…
Setuju jugaa.

Popular posts from this blog

“Rethinking Cool” Gaya Anak Muda Bandung

pic by egga Tak sengaja, suatu siang, saya mendengar percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kerja saya. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik saya. Secara reflek, saya memandang si penanya yang duduk di hadapan saya. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata saya terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, merek 347, menghiasi ransel berwarna biru tua itu. Temannya yang duduk di sebelah saya menjawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?) . Anak SMP yang duduk di hadapan saya itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). Saya kaget, sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian saya bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Teman saya, si pemilik clothing la...

Postcard From Bayreuth

Sebuah postcard dari sahabatku di Bayreuth menyambutku di meja kerja yang kutinggalkan hampir dua minggu. Sahabatku itu, menuliskan sebuah quote yang dia terjemahkan dari postcard ini dan rasanya mewakili banyak kejadian yang terjadi akhir-akhir ini.. "Suatu saat mungkin aku akan tahu banyak hal yang ada di dunia, tapi kemudian aku bangun dan tetap merasa dan bertindak bodoh.." thanks a million Dian ..

Menjadi Penjilid dan Perjalanan Menemukan Fokus

Playing The Building, foto vitarlenology 2008 Suatu hari, ketika berkunjung untuk pertama kalinya ke markas besar Etsy, di Brooklyn, NYC, tahun 2008, Vanessa Bertonzi yang saat itu bekerja sebagai humasnya Etsy, bertanya padaku "Setelah pulang dari Amerika, apa yang akan kamu lakukan?" Saat itu spontan aku menjawab, "Aku mau jadi desainer stationery." Padahal, aku belum sekalipun punya pengalaman ikut kelas menjilid buku atau hal-hal yang sifatnya mengasah keterampilanku menjilid buku.  Jawabanku lebih didasarkan pada kesukaanku akan stationery terutama sekali notebook dan alat-alat tulis. Desain Stationery seperti apa yang ingin aku buat, itupun masih kabur. Namun rupanya, jawabanku itu seperti mantra untuk diriku sendiri dan patok yang ditancapkan, bahwa perjalanan fokusku dimulai dari situ. Menemukan kelas book binding di Etsy Lab pada saat itu, seperti terminal awal yang akhirnya membawaku menelusuri ‘book binding’ sebagai fokus yang ingin aku dalami. Pert...