Foto diambil dari KOMPAS
Aku ga tau, perasaan apa ini? tapi rasanya aku emang sedih dengan kematian Gus Dur. Bagiku Gus Dur seperti jaminan keragaman, pemikiran alternatif dan pengakukan terhadap kelompok minoritas yang selama ini dianggap liyan, bisa tumbuh dan berkembang di negeri yang sedang belajar jadi dewasa ini. Jika penjamin itu tidak ada lagi, apa yang akan terjadi kemudian? Ku kira, selain kesedihan, perasaan yang menguasai banyak orang adalah kekawatiran. Setiap orang yang bersetuju dengan keragaman dan pluralitas serta mendukung hak-hak minoritas, mesti menemukan keyakinan untuk menjamin keyakinan dan dukungannya itu, tanpa Gus Dur sebagai tameng yang siap menghadapi kekuasaan anti keberagaman dan abai terhadap hak minoritas.
Kepergian Gus Dur seperti kepergiaan guru, bapak yang selama ini memberi jaminan 'zona aman' pada murid dan anak-anaknya untuk terus berpikir alternatif dan mengahargai keragamanan. Gus Dur seperti meretaskan jalan memberi keberanian dan dukungan moril bahwa tidak ada yang salah dengan perbedaan dan keragamanan, bahwa kemuliaan ada pada sikap menghargai minoritas. Dan sekarang, jalan yang telah dirintis, keberanian untuk berbeda yang telah disemaikan itu, jadi warisan penting yang perlu terus menerus di perjuangkan.
Jasadmu mungkin sekarang sedang jadi rayahan cacing tanah, tapi inspirasi dan apa yang selalu kamu perjuangkan ga akan pernah mati.
Aku sungguh kehilanganmu..
Selamat kembali pada Sang Maha Plural..
Comments