Skip to main content

#30hari30film Buffalo 66 (1998): 'Selalu Tentang Vincent Gallo'


* * * * 
Sutradara: Vincent Gallo

Apapun yang diperankan oleh Vincent Gallo, selalu terasa mengganggu. Mengganggu bukan dalam arti nyesek karena keseluruhan film memberi dampak emosi yang sedemikan dalam setelah usai menonton, tapi mengganggu dalan arti karena sosok Vincent Gallonya sendiri juga secara penampilan dan gesture memang mengganggu. Kok, ada ya orang yang bisa seperti itu? Hingga seringkali, ceritanya biasa-biasa saja, tapi Vincent Gallo selalu berhasil membuatnya menjadi tidak biasa. 


Demikian pula dengan film Buffalo 66. Film ini ceritanya ditulis, disutradarai, diperankan oleh Vincent Gallo. Cerita yang sebenarnya biasa saja. Tentang seseorang bernama Billy Brown (Vincent Gallo) yang baru keluar dari penjara. Selama ini ia mendekam di penjara atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan. Sekeluarnya dari penjara, Billy harus berhadapan dengan orang tuanya yang selama ini mengira ia terlalu sibuk bekerja dipemerintahan dan membina rumah tangga. Terpaksalah Billy menculik Layla (Christina Ricci) guru tap dance yang dipaksa berperan sebagai istrinya. Seperti halnya penyakit orang-orang yang diculik, sindrom stockholm juga menjangkiti Layla yang kemudian jatuh hati pada Billy. Sementara Billy ada pada dilema antara membalas dendam pada Scott Wood_ orang yang menjerumuskannya dalam penjara, atau menerima cinta Layla. Sesederhana itu ceritanya.

Yang menjadi berbeda, tentu saja karena ini diperankan oleh Vincent Gallo. Terlebih lagi sutradara dan penulis ceritanya juga orang yang sama. Gallo selalu berhasil menciptakan karakter yang 'annoying', depresif sekaligus mengundang simpati karena kegalauan dan ketidak beruntungan nasibnya. Bukan karakter pecundang juga yang ia tampilkan, karena Gallo selalu berhasil menampilkan karakter para pecundang yang setingkat lagi bisa membuktikan kesuksesannya, tapi ga pernah nyampe ke titik sukses itu. Dan kareakter yang 'annoying' itu juga ia tampilkan lewat sosok Billy yang sedemikian cerewet dan labil secara emosional. 

Adegan 'kebelet pipis'nya Billy Brown saja bisa jadi panjang dan membuat penonton tersihir oleh ke 'annoying'an Gallo. Christina Ricci sebagai pasangan mainnya, membuat karakter Billy menjadi terlihat 'extremely annoying' karena karakter Ricci seperti seperti seorang putri yang terpaksa hidup berdampingan dengan seorang manik depresif yang pada saat bersamaan bisa memuja sekaligus mencaci maki dirinya dan sekaligus mengundang simpati. Jika film ini mengandung unsur komedi, kurasa komedi di sini menjadi semacam ekses dari karakter manik depresif dan annoying itu tadi, bukan sengaja memang ingin melucu. 

Sosok Gallo sendiri selama ini selalu diidentikan dengan film independen. Apapun yang dibuat Gallo seperti otomatis mendapat label 'alternatif' atau berbeda dari film-film mainstream Hollywood. Mungkin karena sosok Gallo yang sedemikian 'nyeniman' dan eksentrik. Selain sebagai aktor, Gallo juga dikenal sebagai model Calvin Klein, dan pemusik yang sempat membuat band bernama Gray bersama Jean Michael Basquiat (sebelum Basquiat menjadi seniman terkenal). Film ini termasuk satu dari 50 film independen terbaik yang pernah dibuat sepanjang jaman versi majalah Empire.


Comments

Popular posts from this blog

“Rethinking Cool” Gaya Anak Muda Bandung

pic by egga Tak sengaja, suatu siang, saya mendengar percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kerja saya. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik saya. Secara reflek, saya memandang si penanya yang duduk di hadapan saya. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata saya terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, merek 347, menghiasi ransel berwarna biru tua itu. Temannya yang duduk di sebelah saya menjawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?) . Anak SMP yang duduk di hadapan saya itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). Saya kaget, sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian saya bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Teman saya, si pemilik clothing la

Hujan Semalam di Malaysia, Banjir Sebulan di Sembakung*

Foto oleh tarlen Creative Commons Tulisan ini adalah catatan penelitan lapangan yang dibuat untuk Yayasan Interseksi. Tarlen Handayani adalah anggota Tim Peneliti Hak Minoritas dan Multikulturalisme di kawasan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur Sembakung. Sebuah tempat yang sama sekali asing dan saya putuskan sebagai tujuan dari penelitian ini, saat sampai di Nunukan, Kalimantan Timur. Dari rencana semula, wilayah penelitian saya adalah Kepulauan Mentawai, tepatnya di Siberut. Namun, saat workshop persiapan sebelum berangkat ke lapangan, tempat penelitan sepakat di pindah ke Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur atas pertimbangan beberapa informasi, bahwa Siberut terancam tsunami. Saya menyepakati kepindahan lokasi itu, meski berarti saya harus mempersiapkan semuanya lagi dari awal. Salah satu mentor workshop, Dave Lumenta , memberikan rekomendasi beberapa daerah di sekitar Kecam

Menjadi Kecil Itu Pilihan

Tobucil jepretan Chandra Mirtamiharja Aku sering sekali di tanya, apakah suatu hari nanti tobucil akan menjadi tobusar alias toko buku besar? meski seringnya kujawab sambil bercanda, tapi aku serius ketika bilang, tobucil akan tetap menjadi tobucil. Karena tobucil tetap memilih menjadi kecil. Sebagaian yang mendengar jawabanku bisa menerima meski mungkin ga ngerti-ngerti amat dengan maksudku 'tetap menjadi kecil' , tapi sebagian lagi biasanya langsung protes dan merasa aneh dan menganggapku tidak punya cita-cita besar dan tidak mau mengambil resiko menjadi besar. Biasanya aku akan balik berkata pada mereka yang merasa aneh itu, 'memilih tetap kecil itu bukan pilihan yang mudah loh.' Mungkin ada teman-teman yang kemudian bertanya, 'mengapa menjadi kecil itu bukan pilihan yang mudah?' bukankan kecil  itu sepele, remeh dan sederhana? Ketika memulai sebuah usaha dari hal yang kecil, remeh dan sederhana, itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun jika sebuah