Skip to main content

Are We Exist?

I don’t question, our existence
I just question, our modern needs
-Garden, PJ-

Who am i ? And why should i’m here?. Kenapa kita harus eksis dan kenapa harus ada?.

Saya moody, keras kepala, tapi gampang cair juga, soalnya ibu saya dulu ngidamnya es batu. Saya orangnya persimistis,sensitif, pemales, obsesif, nrimo, moody, easy going. Saya adalah perempuan yang sensitif, keras kepala, gampang panik, tetapi perfeksionis dan workaholic. saya adalah kumpulan air yg menjalankan mesin untuk bicara, dan api untuk membakar uang. Ngga percaya diri. Terlalu percaya diri. Gua ga tau siapa gua. Kalo jatoh cepet bangun lagi. Jadi diri sendiri, jadi kucing angora biar hardolin (dahar, modol, ulin) dan dielus-elus. Rasa persimistis gua bisa mengontrol gua biar ga superior. Takut ga bisa ngebahagiakan keluarga, juga anak. Takut kehilangan salah satu anggota badan. Takut tidak tahu mana yang nyata mana yang mimpi. Takut kena sesuatu yang tajam dan ketabrak benda keras trus mati. takut masuk nerakaaaaaaaaaa..... Kenapa gua dulu ga daftar ITENAS. Kenapa ga nyiapin pameran dengan matang. Gua jahat sama orang-orang dan suka mengecewakan orang. Kenapa dulu saya ga nyatain sama cewe kecengan di kampus, yang akhirnya menikah dengan kaka kelas. he he he, menyesal sekali ga coba

Pengen jadi orang yang santai. Pengen punya usaha sendiri, bisa SPA tiap hari dan keliling dunia. Pengen foto bugil di depan public for art shake. Hubungan badan dengan temen cewe terdekat. Orgy. Jadi graphic designer tapi bukan di tempat tekstil. Pengen punya usaha sendiri, tempat SPA biar bisa SPA tiap hari. Pengen jadi seniman dan art manager. Ngancurin galery dan membuat buku sejarah seni yang baru. Mencat tugu monas jadi warna pink. Mencium dian sastro wah itu yang paling liar. Hidup mapan punya istri ngerti gua, cantik, punya rumah, punya studio sendiri, punya anak dua. Travelling ke tempat yang unknown, ada kota bawah air. Pasangan ideal yang bisa diajak ngobrol apapun, wild, suka jalan-jalan, tidak manja, kuat, selalu ada kalo gua butuh. Cantik fisik, rambut panjang, rajin solat, gaul, punya kesukaan yang sama dan kalem ngga motah. Setia, baik, jujur, pintar. Pengen ganti ibu. Pengen paker rok pendek. Pengen berbandan sesexy mungkin kaya anak-anak brit-pop. Santai-santai di desa dan ngelukis. Tua, miskin dan sakit-sakitan. Orang tua yang bisa mengerti, bisa jadi temen. Orang tua yang religius tapi ga fundamentalis. Dulu waktu kecil semenjak liat komik neraka jahanam, saya menyesali kenapa saya dilahirkan ke bumi, kalo nanti saya masuk neraka, wahhh takut banget, tapi ternyata dunia ini berwarna warni,kita hidup dari apa yang kita lakukan, ya seperti karma gitu.. Ngga usah ngapa-ngapain tapi punya pengaruh dan buka freinchise video ezzy dan toserba. Pengen punya rumah, udah tenang hidupnya, masakin suami di rumah. Nyiapin buat mati. Udah tua tetep jalan-jalan. Ingin dilihat pintar. Ingin dilihat smart, ingin disebut ‘lu indies banget sih!’

Love. Cinta itu iman. Cinta itu percaya. Sesuatu yang sangat abstrak. Cinta itu sesuatu yang misterius. Terkadang menyenangkan, terkadang sesat. Cinta itu sesuatu yang bukan untuk dipertanyakan. Ketika sesuatu yang diinginkan tercapai. Sesuatu yang tak mungkin terkejar. Tidur nyenyak bangun pagi enak. Repetisi. ketika ada orang lain yang mendengarkan. Bebas ngapa-ngapain. Kalo keinginan gua terpenuhin. Hidup itu wirid. Menerima dan menjalani. Sesuatu yang harus dijalani sampai mati. Matinya sambil tidur ga punya utang dan beban apa-apa lagi. Lagi jihad. Mati dan dikenang. Mati itu nowhere to go. Susah dipecahkan semenjak sy ditinggalkan oleh almarhumah ibuku. Kematian adalah hidup tapi ngga bisa ngapa-ngapain, tidak mengenal siapapun, hidup sendiri. Saya akan lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Masturbasi. Jadi gila. Life goes on, hidup jalan terus.

***

Hey apa kabar lu?
Gua mau ngerjain apa hari ini?. Apakah gua bisa menghasilkan uang buat hidup? Lu gadag-gidig kesana-kemari, dapet duit berapa? Kerjaanmu apa? kapan kawin? Abis ini ngapain ya? Status? Bla bla bla bla bla bla.....

Gua ga tau gua siapa.

Tulisan ini hasil wawancara dengan herra, amel, akbar dan sesekali ditimpali DJ Ica di kgu 8. Plus chatting bareng andri moch. Untuk booklet pameran Art We Exsist? Video Lab, BTW Artspace, Bandung

Comments

Popular posts from this blog

Hujan Semalam di Malaysia, Banjir Sebulan di Sembakung*

Foto oleh tarlen Creative Commons Tulisan ini adalah catatan penelitan lapangan yang dibuat untuk Yayasan Interseksi. Tarlen Handayani adalah anggota Tim Peneliti Hak Minoritas dan Multikulturalisme di kawasan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur Sembakung. Sebuah tempat yang sama sekali asing dan saya putuskan sebagai tujuan dari penelitian ini, saat sampai di Nunukan, Kalimantan Timur. Dari rencana semula, wilayah penelitian saya adalah Kepulauan Mentawai, tepatnya di Siberut. Namun, saat workshop persiapan sebelum berangkat ke lapangan, tempat penelitan sepakat di pindah ke Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur atas pertimbangan beberapa informasi, bahwa Siberut terancam tsunami. Saya menyepakati kepindahan lokasi itu, meski berarti saya harus mempersiapkan semuanya lagi dari awal. Salah satu mentor workshop, Dave Lumenta , memberikan rekomendasi beberapa daerah di sekitar Kecam

“Rethinking Cool” Gaya Anak Muda Bandung

pic by egga Tak sengaja, suatu siang, saya mendengar percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kerja saya. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik saya. Secara reflek, saya memandang si penanya yang duduk di hadapan saya. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata saya terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, merek 347, menghiasi ransel berwarna biru tua itu. Temannya yang duduk di sebelah saya menjawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?) . Anak SMP yang duduk di hadapan saya itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). Saya kaget, sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian saya bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Teman saya, si pemilik clothing la

Menjadi Kecil Itu Pilihan

Tobucil jepretan Chandra Mirtamiharja Aku sering sekali di tanya, apakah suatu hari nanti tobucil akan menjadi tobusar alias toko buku besar? meski seringnya kujawab sambil bercanda, tapi aku serius ketika bilang, tobucil akan tetap menjadi tobucil. Karena tobucil tetap memilih menjadi kecil. Sebagaian yang mendengar jawabanku bisa menerima meski mungkin ga ngerti-ngerti amat dengan maksudku 'tetap menjadi kecil' , tapi sebagian lagi biasanya langsung protes dan merasa aneh dan menganggapku tidak punya cita-cita besar dan tidak mau mengambil resiko menjadi besar. Biasanya aku akan balik berkata pada mereka yang merasa aneh itu, 'memilih tetap kecil itu bukan pilihan yang mudah loh.' Mungkin ada teman-teman yang kemudian bertanya, 'mengapa menjadi kecil itu bukan pilihan yang mudah?' bukankan kecil  itu sepele, remeh dan sederhana? Ketika memulai sebuah usaha dari hal yang kecil, remeh dan sederhana, itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun jika sebuah