*****
Sebenernya ini film fiksi dokumenter (mockumentary). Tapi bener-bener di garap dengan rapih dan pas. Terutama dalam persoalan editing yang menggabungkan footage-footage asli dengan adegan yang sengaja dibuat. Gabriel Range, sang sutradara, membayangkan, seandainya Presidan Bush, mati tertembak, dalam lawatannya ke Chicago, bagaimana kira-kira analisis dari staf kepresidenan, agen FBI, redaktur senior Washiton Post, ngeliat situasi ini. Karena kunjungan Bush diwarnai oleh demonstrasi anti perang, otomatis perwakilan aktivis juga diwawancarai.
Simon Finch dan Gabriel Range, ketika menulis naskahnya ingin bilang bahwa Amerika selama ini selalu terburu-buru dalam menghakimi satu masalah. Ketika vonis dijatuhkan, dan dikemudian hari vonis itu salah, mereka ga punya kebesaran hati untuk mengakuinya. Dalam kasus penembakan Presiden Bush, FBI langsung berkesimpulan bahwa yang melakukan adalah teroris muslim yang terkait dengan jaringan Al Qaeeda. Orang yang ketiban pulung itu adalah Jamal Abi Zikri, seorang imigran dari Yaman yang berkerja sebagai tenaga IT di gedung seberang tempat kejadian. Si istri, Zahra Abi Zikri dalam wawancaranya mengatakan: "Saya ke Amerika untuk mendapatkan kebebasan, tapi coba liat, apa yang kami dapat?"
Setelah diselidiki pelakunya adalah warga Amerika sendiri yang merasa frustasi karena anaknya mati di perang Irak. Meski bukti cukup kuat, namun pemerintah tidak mau mencabut dakwaan terhadap Jamal.
Aku kira, ini adalah mockumentary paling berhasil yang pernah aku tonton. Meski tujuannya sebagai kritik pada sikap Amerika yang kebiasaan buru-buru menghakimi, disatu sisi, Range juga seperti memberi kembali suara, pada pihak-pihak yang selama ini gampang dituduh sebagai tetoris, setelah di mute sejak peristiwa 9/11.
Salut juga buat Brand Thumim, sang editor.
(aku memindahkan postingan posting review film-film ini dari multiply ke blogger, just in case..)
Sebenernya ini film fiksi dokumenter (mockumentary). Tapi bener-bener di garap dengan rapih dan pas. Terutama dalam persoalan editing yang menggabungkan footage-footage asli dengan adegan yang sengaja dibuat. Gabriel Range, sang sutradara, membayangkan, seandainya Presidan Bush, mati tertembak, dalam lawatannya ke Chicago, bagaimana kira-kira analisis dari staf kepresidenan, agen FBI, redaktur senior Washiton Post, ngeliat situasi ini. Karena kunjungan Bush diwarnai oleh demonstrasi anti perang, otomatis perwakilan aktivis juga diwawancarai.
Simon Finch dan Gabriel Range, ketika menulis naskahnya ingin bilang bahwa Amerika selama ini selalu terburu-buru dalam menghakimi satu masalah. Ketika vonis dijatuhkan, dan dikemudian hari vonis itu salah, mereka ga punya kebesaran hati untuk mengakuinya. Dalam kasus penembakan Presiden Bush, FBI langsung berkesimpulan bahwa yang melakukan adalah teroris muslim yang terkait dengan jaringan Al Qaeeda. Orang yang ketiban pulung itu adalah Jamal Abi Zikri, seorang imigran dari Yaman yang berkerja sebagai tenaga IT di gedung seberang tempat kejadian. Si istri, Zahra Abi Zikri dalam wawancaranya mengatakan: "Saya ke Amerika untuk mendapatkan kebebasan, tapi coba liat, apa yang kami dapat?"
Setelah diselidiki pelakunya adalah warga Amerika sendiri yang merasa frustasi karena anaknya mati di perang Irak. Meski bukti cukup kuat, namun pemerintah tidak mau mencabut dakwaan terhadap Jamal.
Aku kira, ini adalah mockumentary paling berhasil yang pernah aku tonton. Meski tujuannya sebagai kritik pada sikap Amerika yang kebiasaan buru-buru menghakimi, disatu sisi, Range juga seperti memberi kembali suara, pada pihak-pihak yang selama ini gampang dituduh sebagai tetoris, setelah di mute sejak peristiwa 9/11.
Salut juga buat Brand Thumim, sang editor.
(aku memindahkan postingan posting review film-film ini dari multiply ke blogger, just in case..)
Comments