* * *
Di tengah-tengah liburanku di Yogja yang super duper santai dan males-malesan ini, machuca jadi film yang membuatku tertarik untuk menontonnya dari setumpuk film2 yang diborong dari mang-du.
Bercerita tentang perbedaan kelas borjuis dan proletar di Chile pada tahun 70-an dan diceritakan dari perspektif persahabatan dua orang murid di sekolah katolik kelas atas. Father MacEnroe berusaha melakukan pembauran kelas antara kedua kelas tersebut dengan memasukan siswa-siswa yang tak mampu ke dalam kelas bersama murid2 dari kelas ekonimi atas.
Kesenjangan kelas yang dijalin lewat konflik-konflik sederhana membuat film ini terasa begitu realis. Misalnya ketika tokohnya Gonzalo Infate (Matias Quer) dan Pablo Manchuca (Ariel Mateluna), menikmati sekaleng susu full cream bersama di tepi kali daerah kumuh tempat pablo tinggal. Juga saat Gonzalo ingin buang air kecil di WC dekat rumah pablo dengan kondisi WC yang jauh dari layak..
Sebuah pernyataan menarik dilontarkan oleh ibu pablo, saat pertemuan orang tua murid, dimana mayoritas orang tua menganggap upaya pembauran yang dilakukan father MacEnroe ga ada gunanya. "waktu kecil saya tinggal di perkebunan anggur, karena orang tua saya bekerja diperkebunan itu. Jika ada kesalahan yang terjadi di perkebunan itu yang pertama kali disalahkan adalah orang tua saya, seolah-olah kesalahan adalah hal yang selalu melekat dalam diri kami, seolah-olah kami lahir untuk disalahkan. Ketika dewasa saya pindah ke kota dengan harapan saya bisa merubah nasib itu, namun ternyata saya salah, karena apapun yang menurut kalian (golongan kaya) tidak menyenangankan adalah kesalahan kami." Sebuah pledoi yang menurutku menarik dan menohok. Kadang aku menyalahkan orang-orang miskin dengan kemiskinan mereka, karena menurutku mereka malas untuk bekerja. Namun aku seringkali lupa, bahwa apakah aku memberi mereka kesempatan untuk bekerja?
Yeah.. balik lagi ke manchuca.. adegan yang menurutku sangat kuat justru ketika Gonzalo berhadapan dengan tentara yang sedang merazia perkampungan kumuh tempat tinggal pablo. Saat itu dengan lantang Gonzalo berteriak:' saya bukan anak dari daerah ini, coba lihat pakaian saya..' tentara itu kemudian menatap Gonzalo dari ujung rambut sampai ujung kaki, celana jeans, kemeja bagus, sepatu addidas membuat tentara itu yakin bahwa Gonzalo memang bukan anak yang seharusnya ikut ditangkap seperti pablo dan teman-temannya. Akhirnya si tentara menyuruh Gonzalo pergi dari tempat itu. Yeah.. adegan yang kuat untuk menggambarkan relasi kuasa dan ekonomi..
Buatku film ini cukup asyik sebagai film dengan muatan politis dan ideologis yang berat, karena disampaikan dari perspektif keseharian yang membuatku berpikir disepangjang film: 'kayanya aku pernah ngalamin hal itu deh..'
Di tengah-tengah liburanku di Yogja yang super duper santai dan males-malesan ini, machuca jadi film yang membuatku tertarik untuk menontonnya dari setumpuk film2 yang diborong dari mang-du.
Bercerita tentang perbedaan kelas borjuis dan proletar di Chile pada tahun 70-an dan diceritakan dari perspektif persahabatan dua orang murid di sekolah katolik kelas atas. Father MacEnroe berusaha melakukan pembauran kelas antara kedua kelas tersebut dengan memasukan siswa-siswa yang tak mampu ke dalam kelas bersama murid2 dari kelas ekonimi atas.
Kesenjangan kelas yang dijalin lewat konflik-konflik sederhana membuat film ini terasa begitu realis. Misalnya ketika tokohnya Gonzalo Infate (Matias Quer) dan Pablo Manchuca (Ariel Mateluna), menikmati sekaleng susu full cream bersama di tepi kali daerah kumuh tempat pablo tinggal. Juga saat Gonzalo ingin buang air kecil di WC dekat rumah pablo dengan kondisi WC yang jauh dari layak..
Sebuah pernyataan menarik dilontarkan oleh ibu pablo, saat pertemuan orang tua murid, dimana mayoritas orang tua menganggap upaya pembauran yang dilakukan father MacEnroe ga ada gunanya. "waktu kecil saya tinggal di perkebunan anggur, karena orang tua saya bekerja diperkebunan itu. Jika ada kesalahan yang terjadi di perkebunan itu yang pertama kali disalahkan adalah orang tua saya, seolah-olah kesalahan adalah hal yang selalu melekat dalam diri kami, seolah-olah kami lahir untuk disalahkan. Ketika dewasa saya pindah ke kota dengan harapan saya bisa merubah nasib itu, namun ternyata saya salah, karena apapun yang menurut kalian (golongan kaya) tidak menyenangankan adalah kesalahan kami." Sebuah pledoi yang menurutku menarik dan menohok. Kadang aku menyalahkan orang-orang miskin dengan kemiskinan mereka, karena menurutku mereka malas untuk bekerja. Namun aku seringkali lupa, bahwa apakah aku memberi mereka kesempatan untuk bekerja?
Yeah.. balik lagi ke manchuca.. adegan yang menurutku sangat kuat justru ketika Gonzalo berhadapan dengan tentara yang sedang merazia perkampungan kumuh tempat tinggal pablo. Saat itu dengan lantang Gonzalo berteriak:' saya bukan anak dari daerah ini, coba lihat pakaian saya..' tentara itu kemudian menatap Gonzalo dari ujung rambut sampai ujung kaki, celana jeans, kemeja bagus, sepatu addidas membuat tentara itu yakin bahwa Gonzalo memang bukan anak yang seharusnya ikut ditangkap seperti pablo dan teman-temannya. Akhirnya si tentara menyuruh Gonzalo pergi dari tempat itu. Yeah.. adegan yang kuat untuk menggambarkan relasi kuasa dan ekonomi..
Buatku film ini cukup asyik sebagai film dengan muatan politis dan ideologis yang berat, karena disampaikan dari perspektif keseharian yang membuatku berpikir disepangjang film: 'kayanya aku pernah ngalamin hal itu deh..'
Comments