* * 1/2
Exxxtremely comedy not only about sex but also sexuality...
sesuai dengan taglinenya, film ini memang menampilkan eksplisit content.. tentang sex dalam kaitannya dengan sexuality sebagian kecil new yorker. John Cameron Mitchell, sutradara asal Texas, mencoba mengangkat persoalan kaum pendatang yang mengalami masalah dalam seksualitas, ketika mereka datang ke new york.
Shortbus adalah nama sebuah klab alternatif, tempat orang-orang yang memiliki masalah sex dan seksualitas, berkumpul dan mencoba memecahkan masalahnya. Swinger, lesbian, gay, para penganut BDSM, bertemu di klab ini dan bebas bereksperimen dengan persoalan sex dan sexuality mereka.
Film ini berfokus pada karakter sofia (sook-yin lee) yang lahir dari keluarga imigran cina di canada dan meniti karir sebagai sex therapist di NYC. Persoalannya, sebagai seorang therapist, sofia mengaku belum pernah merasakan orgasme sekalipun, meski ia dan suaminya telah mencoba bereksplorasi dalam permainan sex mereka. Tokoh lain adalah pasangan homoseksual: James (paul dawson) dan Jamie (PJ De Boy), meski telah menjalin hubungan selama 5 tahun, Jamie merasa, tidak berhasil menyibak tabir kesedihan yang selalu menyelimuti diri James. James selalu merasa hubungannya dengan Jamie hanya bisa dia rasakan sampai sebatas 'kulit' saja, namun tak pernah bisa menyentuh dirinya yang paling dalam. Sampai kemudian, seseorang yang selalu mengikutinya, menyelamatkannya ketika James berusaha bunuh diri dengan menenggelamkan diri di kolam spa tempat dia bekerja. Karakter lain yang juga bermasalah adalah Severin (Lindsay Beamish), punk dominatrik dan menyukai hubungan BDSM, punya latar belakang yang kelam sebagai korban pelecehan seksual dimasa kecilnya.
Di shortbus inilah mereka sering bertemu dan berinteraksi. Sofia sebagai sex therapist berusaha keras menemukan cara bagaimana supaya dia bisa merasakan orgasme. Baginya, ia merasa membohongi banyak kliennya dengan konsultasi yang ia berikan manakala, dirinya sendiri belum pernah merasakan orgasme. Tanpa sadar, sofia memegang kontrol penuh atas relasinya dengan dengan sang suami, dan itu yang mungkin menyebabkan ia terbebani banyak hal ketika berhubungan seks dengan suaminya. Sang suami, Rob (Raphael Baker), justru semakin tak berdaya, ketika sadar, ia tak bisa membuat istrinya orgasme.
Sebenernya konflik-konflik yang diceritakan dalam film ini cukup menarik. Sayangnya aku ngerasa, ada bagian-bagian yang membuat konflik itu menjadi tidak utuh. Misalnya penyelesaian masalah sofia, dan karakter Saverin yang kesannya muncul hanya sebagai pelengkap penderita aja. Dari konflik yang ada.. aku merasa cuma konfliknya James dan Jamie.. yang terasa lebih utuh.. meskipun.. aku agak ngerasa 'ketipu' dengan hasil dokumenter yang dibuat James sebagai film perpisahan disaat dia bunuh diri..'kirain filmnya mau gimana..'
John Cameron Mitchell menurutku terlalu terperosok pada keeksplisitan penggambaran seksnya.. tapi agak kedodoran dalam penceritaan dan jalinan konflik tokoh-tokohnya.. jadinya aku kok kaya ngerasa nonton 9 songs-nya micheal winterbottom cuma lebih ada ceritanya gitu.. buatku film-film dengan eksplisit content begini yang ceritanya jauh lebih kuat sejauh yang pernah aku tonton ya karya-karyanya Larry Clark kaya: Kids, Kenpark.. nungguin What's Up Rocker.. bajakannya belon liat di vertex...
Oya satu hal.. aku paling suka sama maket new york yang jadi ilustrasi kota new york di beberapa scene di film ini..
Exxxtremely comedy not only about sex but also sexuality...
sesuai dengan taglinenya, film ini memang menampilkan eksplisit content.. tentang sex dalam kaitannya dengan sexuality sebagian kecil new yorker. John Cameron Mitchell, sutradara asal Texas, mencoba mengangkat persoalan kaum pendatang yang mengalami masalah dalam seksualitas, ketika mereka datang ke new york.
Shortbus adalah nama sebuah klab alternatif, tempat orang-orang yang memiliki masalah sex dan seksualitas, berkumpul dan mencoba memecahkan masalahnya. Swinger, lesbian, gay, para penganut BDSM, bertemu di klab ini dan bebas bereksperimen dengan persoalan sex dan sexuality mereka.
Film ini berfokus pada karakter sofia (sook-yin lee) yang lahir dari keluarga imigran cina di canada dan meniti karir sebagai sex therapist di NYC. Persoalannya, sebagai seorang therapist, sofia mengaku belum pernah merasakan orgasme sekalipun, meski ia dan suaminya telah mencoba bereksplorasi dalam permainan sex mereka. Tokoh lain adalah pasangan homoseksual: James (paul dawson) dan Jamie (PJ De Boy), meski telah menjalin hubungan selama 5 tahun, Jamie merasa, tidak berhasil menyibak tabir kesedihan yang selalu menyelimuti diri James. James selalu merasa hubungannya dengan Jamie hanya bisa dia rasakan sampai sebatas 'kulit' saja, namun tak pernah bisa menyentuh dirinya yang paling dalam. Sampai kemudian, seseorang yang selalu mengikutinya, menyelamatkannya ketika James berusaha bunuh diri dengan menenggelamkan diri di kolam spa tempat dia bekerja. Karakter lain yang juga bermasalah adalah Severin (Lindsay Beamish), punk dominatrik dan menyukai hubungan BDSM, punya latar belakang yang kelam sebagai korban pelecehan seksual dimasa kecilnya.
Di shortbus inilah mereka sering bertemu dan berinteraksi. Sofia sebagai sex therapist berusaha keras menemukan cara bagaimana supaya dia bisa merasakan orgasme. Baginya, ia merasa membohongi banyak kliennya dengan konsultasi yang ia berikan manakala, dirinya sendiri belum pernah merasakan orgasme. Tanpa sadar, sofia memegang kontrol penuh atas relasinya dengan dengan sang suami, dan itu yang mungkin menyebabkan ia terbebani banyak hal ketika berhubungan seks dengan suaminya. Sang suami, Rob (Raphael Baker), justru semakin tak berdaya, ketika sadar, ia tak bisa membuat istrinya orgasme.
Sebenernya konflik-konflik yang diceritakan dalam film ini cukup menarik. Sayangnya aku ngerasa, ada bagian-bagian yang membuat konflik itu menjadi tidak utuh. Misalnya penyelesaian masalah sofia, dan karakter Saverin yang kesannya muncul hanya sebagai pelengkap penderita aja. Dari konflik yang ada.. aku merasa cuma konfliknya James dan Jamie.. yang terasa lebih utuh.. meskipun.. aku agak ngerasa 'ketipu' dengan hasil dokumenter yang dibuat James sebagai film perpisahan disaat dia bunuh diri..'kirain filmnya mau gimana..'
John Cameron Mitchell menurutku terlalu terperosok pada keeksplisitan penggambaran seksnya.. tapi agak kedodoran dalam penceritaan dan jalinan konflik tokoh-tokohnya.. jadinya aku kok kaya ngerasa nonton 9 songs-nya micheal winterbottom cuma lebih ada ceritanya gitu.. buatku film-film dengan eksplisit content begini yang ceritanya jauh lebih kuat sejauh yang pernah aku tonton ya karya-karyanya Larry Clark kaya: Kids, Kenpark.. nungguin What's Up Rocker.. bajakannya belon liat di vertex...
Oya satu hal.. aku paling suka sama maket new york yang jadi ilustrasi kota new york di beberapa scene di film ini..
Comments