Skip to main content

Rachel Getting Married (2008)

* * * *

Gara-gara penasaran sama Anne Hathaway aku langsung nyari film ini ke toko dvd tetangga. Anne dinominasikan sebagai aktris terbaik Oscar 2009, lewat film ini. Dan setelah menontonnya, aku suka sama aktingnya dan juga filmnya secara keseluruhan. Selama ini, Anne main di film dengan peran-peran yang menurutku biasa-biasa aja.

Rachel Getting Married bercerita tentang Kym yang bermasalah dengan narkoba dan menghuni panti rehabilitasi, pulang ke rumah beberapa hari saja khusus untuk menghadiri pernikahan Rachel (Rosemarie DeWitt). Saat berkumpul keluarga inilah, masalah keluarga di masa lalu yang belum selesai, muncul kembali di antara ketegangan mempersiapkan pesta pernikahan.

Kym memang pernah melakukan kesalahan besar. Saat dia dalam pengaruh obat, ia mengendarai mobil bersama adik bungsunya, Ethan. Saat itu Kym tidak dapat mengendalikan mobil yang disetirinya dan saat mobil itu terjun bebas ke sungai, Kym tak bisa menyelamatkan Ethan yang tenggelam bersama mobil itu. Kematian Ethan mengubah semuanya dalam keluarga itu. Orang tua Kym bercerai. Ayah Kym dan Rachel menerima itu sebagai sebuah kecelakaan meski Rachel menyesalkan ketidak mampuan Kym mengendalikan diri. Sementara Ibunya, tetap tidak bisa berdamai dengan masalah itu dan menganggap Kym yang bersalah telah membunuh Ethan.

Sebenernya ini drama keluarga biasa, namun yang membuat film ini menjadi tidak biasa dan mengesankan adalah cara Jonathan Demme, sang sutradara, mengemas jalan ceritanya. Demme mencoba mengemas cerita ini seperti sebuah drama yang real dan natural. Akting tokoh-tokohnya yang sangat wajar (namun terasa sekali intensitas emosi yang kuat di antara tokoh-tokohnya) dan cara dia mengambil gambar, membuat film ini punya kekuatan.

Karena kenaturalannya itulah, Anna Hathaway menurutku bisa memunculkan kemampuan aktingnya yang kuat dan intens. Buat yang seneng nonton drama keluarga, film ini menurutku bisa memberi nuansa emosi yang berbeda. Selamat menonton..

Comments

I. Widiastuti said…
aku nonton film ini di HBO...terus aku langsung pengen beli DVDnya, karena aku nggak nyangka si Anne Hathaway aktingnya bagus di sini dan baju-bajunya keren banget di film ini. pas semuanya.

Popular posts from this blog

“Rethinking Cool” Gaya Anak Muda Bandung

pic by egga Tak sengaja, suatu siang, saya mendengar percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kerja saya. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik saya. Secara reflek, saya memandang si penanya yang duduk di hadapan saya. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata saya terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, merek 347, menghiasi ransel berwarna biru tua itu. Temannya yang duduk di sebelah saya menjawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?) . Anak SMP yang duduk di hadapan saya itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). Saya kaget, sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian saya bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Teman saya, si pemilik clothing la

Hujan Semalam di Malaysia, Banjir Sebulan di Sembakung*

Foto oleh tarlen Creative Commons Tulisan ini adalah catatan penelitan lapangan yang dibuat untuk Yayasan Interseksi. Tarlen Handayani adalah anggota Tim Peneliti Hak Minoritas dan Multikulturalisme di kawasan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur Sembakung. Sebuah tempat yang sama sekali asing dan saya putuskan sebagai tujuan dari penelitian ini, saat sampai di Nunukan, Kalimantan Timur. Dari rencana semula, wilayah penelitian saya adalah Kepulauan Mentawai, tepatnya di Siberut. Namun, saat workshop persiapan sebelum berangkat ke lapangan, tempat penelitan sepakat di pindah ke Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur atas pertimbangan beberapa informasi, bahwa Siberut terancam tsunami. Saya menyepakati kepindahan lokasi itu, meski berarti saya harus mempersiapkan semuanya lagi dari awal. Salah satu mentor workshop, Dave Lumenta , memberikan rekomendasi beberapa daerah di sekitar Kecam

Menjadi Kecil Itu Pilihan

Tobucil jepretan Chandra Mirtamiharja Aku sering sekali di tanya, apakah suatu hari nanti tobucil akan menjadi tobusar alias toko buku besar? meski seringnya kujawab sambil bercanda, tapi aku serius ketika bilang, tobucil akan tetap menjadi tobucil. Karena tobucil tetap memilih menjadi kecil. Sebagaian yang mendengar jawabanku bisa menerima meski mungkin ga ngerti-ngerti amat dengan maksudku 'tetap menjadi kecil' , tapi sebagian lagi biasanya langsung protes dan merasa aneh dan menganggapku tidak punya cita-cita besar dan tidak mau mengambil resiko menjadi besar. Biasanya aku akan balik berkata pada mereka yang merasa aneh itu, 'memilih tetap kecil itu bukan pilihan yang mudah loh.' Mungkin ada teman-teman yang kemudian bertanya, 'mengapa menjadi kecil itu bukan pilihan yang mudah?' bukankan kecil  itu sepele, remeh dan sederhana? Ketika memulai sebuah usaha dari hal yang kecil, remeh dan sederhana, itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun jika sebuah