* * * *
Setelah lama tidak menulis review, aku mau memulainya kembali dengan film yang membuatku jatuh cinta berat sama Steve Buscemi. Di film ini dia membuktikan kemampuannya sebagai god of indie dan sutradara handal.
Berkisah tentang Pierre Peders (Buscemi) jurnalis perang dan Katya (Siena Miller seorang aktris opera sabun terkenal. Karena reputasinya sebagai jurnalis perang yang suka menghadirkan narasumber fiktif dalam repotasenya, redaktur akhirnya tidak lagi mempercayai Peders untuk meliput berita-berita politik internasional. Tugas yang paling menyebalkan Peders peroleh ketika ia harus mewawancarai Katya seorang aktris yang tidak satupun filmnya pernah Peders tonton.
Sepanjang film ini berisi adegan proses wawancara antara Peders dan Katya yang penuh dengan ketegangan emosi, karena dua-duanya saling memanipulasi satu sama lain. Peders berusaha mengorek sisi Katya yang menjual untuk tulisannya dengan berbagai cara dan Katya yang menyadari hal ini, memainkan perannya dan mengerahkan segala daya tarik seksualnya untuk mempermainkan emosi Peders. Peders yang selama ini sudah sangat biasa dengan drama kemanuniasaan, memainkan kemampuannya dalam mendekati narasumber untuk mendapatkan informasi yang dia inginkan. Sampai akhirnya dua-duanya terjebak kedalam permainan yang mereka mainkan sendiri.
Salah satu kritikus film dalam endorsmentnya bilang: ini adalah film paling serius tentang reporter yang pernah dibikin. Yeah, kukira memang begitu. Aku merekomendasikan film ini kepada temen-temen jurnalis untuk menontonnya, karena yang dimainkan disini adalah psikologi pewawancara dan yang diwawancarai. Buscemi (OMG... dia om-om banget sangat menawan dan memikat banget.... Argggghhh) dan Siena Miller lawan main yang pas untuk mengimbangi aktingnya Buscemi yang tak diragukan lagi.
Film ini sebenernya film remake dari versi aslinya yang dibikin Theo Van gogh. Theo Van Gogh, cucu dari adik pelukis besar Vincent Van Gogh yang mati dibunuh ekstrimis karena isu rasial. Buscemi di tawari menggarap film ini sebagai tribute to Theo Van Gogh.
bisa liat juga link resminya: http://www.sonyclassics.com/interview/
Setelah lama tidak menulis review, aku mau memulainya kembali dengan film yang membuatku jatuh cinta berat sama Steve Buscemi. Di film ini dia membuktikan kemampuannya sebagai god of indie dan sutradara handal.
Berkisah tentang Pierre Peders (Buscemi) jurnalis perang dan Katya (Siena Miller seorang aktris opera sabun terkenal. Karena reputasinya sebagai jurnalis perang yang suka menghadirkan narasumber fiktif dalam repotasenya, redaktur akhirnya tidak lagi mempercayai Peders untuk meliput berita-berita politik internasional. Tugas yang paling menyebalkan Peders peroleh ketika ia harus mewawancarai Katya seorang aktris yang tidak satupun filmnya pernah Peders tonton.
Sepanjang film ini berisi adegan proses wawancara antara Peders dan Katya yang penuh dengan ketegangan emosi, karena dua-duanya saling memanipulasi satu sama lain. Peders berusaha mengorek sisi Katya yang menjual untuk tulisannya dengan berbagai cara dan Katya yang menyadari hal ini, memainkan perannya dan mengerahkan segala daya tarik seksualnya untuk mempermainkan emosi Peders. Peders yang selama ini sudah sangat biasa dengan drama kemanuniasaan, memainkan kemampuannya dalam mendekati narasumber untuk mendapatkan informasi yang dia inginkan. Sampai akhirnya dua-duanya terjebak kedalam permainan yang mereka mainkan sendiri.
Salah satu kritikus film dalam endorsmentnya bilang: ini adalah film paling serius tentang reporter yang pernah dibikin. Yeah, kukira memang begitu. Aku merekomendasikan film ini kepada temen-temen jurnalis untuk menontonnya, karena yang dimainkan disini adalah psikologi pewawancara dan yang diwawancarai. Buscemi (OMG... dia om-om banget sangat menawan dan memikat banget.... Argggghhh) dan Siena Miller lawan main yang pas untuk mengimbangi aktingnya Buscemi yang tak diragukan lagi.
Film ini sebenernya film remake dari versi aslinya yang dibikin Theo Van gogh. Theo Van Gogh, cucu dari adik pelukis besar Vincent Van Gogh yang mati dibunuh ekstrimis karena isu rasial. Buscemi di tawari menggarap film ini sebagai tribute to Theo Van Gogh.
bisa liat juga link resminya: http://www.sonyclassics.com/interview/
Comments