Skip to main content

Arizona Dream (1993)

* * * *

Niatnya mau nonton habis semua boxsetnya Emir Kusturica selama di Yogja, eh ternyata ga ada subtitle bahasa Inggrisnya. Cuma Arizona Dream satu-satunya yang berbahasa Inggris, jadi ga ada subtitle pun ga masalah. Film ini, termasuk film yang pengen banget aku tonton. Karena Johnny Deep muda maen di film ini. Sebagai pecinta Johnny, tentunya penting menonton film yang di sutradarai Emir Kusturica ini, karena selama ini Johnny banyak kerja sama sutradara-sutradara penting. Salah satunya Kusturica.

Ini sebenernya film lama, di bikin tahun 1993. Berkisah tentang Axel Blackmar (Johnny Depp), Leo Sweetie (Jerry Lewis), Elaine Stalker (Faye Dunaway), Grace Stalker (lili Taylor) dan Paul Ledger (Vincent Gallo). Semua tokohnya adalah orang-orang yang percaya pada impiannya. Axel dengan impian-impian tentang salju, alaska, orang eskimo dan ikan-ikan yang dia percayai membawa pesan dari jiwa yang bermimpi; Leo yang sangat mempercayai impian Amerika bahwa dia bisa jadi dealer Cadillac sukses se Arizona, Elaine percaya bahwa suatu hari ia bisa terbang jauh sampai ke Papuanugini: Grace percaya bahwa suatu hari dia akan menemukan alasan untuk bunuh diri dan Paul yang selalu bermimpi bahwa dirinya suatu hari nanti akan menjadi aktor besar.

Dimulai dengan penggambaran impian Axel tentang perjalanan seroang eksimo di tengah badai salju berburu ikan halibut untuk keluarganya. Perjalanan yang sureal, sesureal bentuk ikannya yang kemudian kerap datang menghantui Axel. Sementara dipekerjaan nyata, Axel bertugas memeriksa kondisi ikan-ikan di perairan New York untuk mengetahui apakah ikan-ikan tersebut tercemar atau tidak. Sampai suatu hari Paul datang dari Arizona membawa pesan bahwa Axel harus menemui pamannya Leo yang akan menikah lagi. Leo sesungguhnya tidak mau datang. Namun Paul membuatnya mabuk dan kemudian membawa Axel ke Arizona untuk menemui Leo yang ingin sekali Axel melanjutkan usahanya sebagai dealer Cadillac. Sebenarnya sulit bagi Axel untuk menolak keinginan pamannya, karena Leo selalu menjadi pahlawan baginya sejak Axel kecil dulu. Sementara Leo memendam perasaan bersalah yang dalam kerena menyebabkan kedua orang tua Axel meninggal dalam kecelakaan mobil yang diakibatkan kelalaian Leo.

Axel berubah pikiran ketika bertemu dengan Eleine yang membuatnya jatuh cinta dan merasa Eleine adalah orang yang bisa mengerti impian-impian yang ia percayai. Namun belakangan Axel menyadari cintanya pada Elaine seperti menatap awan, nyata jelas namun tak bisa tersentuh dan lambat laun gumpalan awan yang indah itu perlahan-lahan hilang, dan justru perasaan cintanya yang nyata ia temukan dari Grace.

Relasi semua orang dan semua impian ini, dijalin dengan drama yang kutemukan kesamaannya dalam cara Kusturica berkisah di Underground. Kesan sureal juga aku rasakan dari film ini. Sesureal mimpi-mimpi dan karakter tokoh-tokoh yang bercerita di film ini. Jangan membayangkan bahwa cerita ini akan berakhir happy ending. Bukan Kusturica kalau dia membuat drama ini berakhir happily ever after. Justru nuansa drama komedi gelap terasa kental dengan ending yang ironik dan tragis. Namun penonton dibuat tidak terharu biru, hanya sesudah menontonnya ada perasaan nyesek banget di dada. Lebih merasakan kegetiran itu daripada terharu.

Comments

Popular posts from this blog

“Rethinking Cool” Gaya Anak Muda Bandung

pic by egga Tak sengaja, suatu siang, saya mendengar percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kerja saya. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik saya. Secara reflek, saya memandang si penanya yang duduk di hadapan saya. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata saya terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, merek 347, menghiasi ransel berwarna biru tua itu. Temannya yang duduk di sebelah saya menjawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?) . Anak SMP yang duduk di hadapan saya itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). Saya kaget, sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian saya bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Teman saya, si pemilik clothing la

Hujan Semalam di Malaysia, Banjir Sebulan di Sembakung*

Foto oleh tarlen Creative Commons Tulisan ini adalah catatan penelitan lapangan yang dibuat untuk Yayasan Interseksi. Tarlen Handayani adalah anggota Tim Peneliti Hak Minoritas dan Multikulturalisme di kawasan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur Sembakung. Sebuah tempat yang sama sekali asing dan saya putuskan sebagai tujuan dari penelitian ini, saat sampai di Nunukan, Kalimantan Timur. Dari rencana semula, wilayah penelitian saya adalah Kepulauan Mentawai, tepatnya di Siberut. Namun, saat workshop persiapan sebelum berangkat ke lapangan, tempat penelitan sepakat di pindah ke Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur atas pertimbangan beberapa informasi, bahwa Siberut terancam tsunami. Saya menyepakati kepindahan lokasi itu, meski berarti saya harus mempersiapkan semuanya lagi dari awal. Salah satu mentor workshop, Dave Lumenta , memberikan rekomendasi beberapa daerah di sekitar Kecam

Menjadi Kecil Itu Pilihan

Tobucil jepretan Chandra Mirtamiharja Aku sering sekali di tanya, apakah suatu hari nanti tobucil akan menjadi tobusar alias toko buku besar? meski seringnya kujawab sambil bercanda, tapi aku serius ketika bilang, tobucil akan tetap menjadi tobucil. Karena tobucil tetap memilih menjadi kecil. Sebagaian yang mendengar jawabanku bisa menerima meski mungkin ga ngerti-ngerti amat dengan maksudku 'tetap menjadi kecil' , tapi sebagian lagi biasanya langsung protes dan merasa aneh dan menganggapku tidak punya cita-cita besar dan tidak mau mengambil resiko menjadi besar. Biasanya aku akan balik berkata pada mereka yang merasa aneh itu, 'memilih tetap kecil itu bukan pilihan yang mudah loh.' Mungkin ada teman-teman yang kemudian bertanya, 'mengapa menjadi kecil itu bukan pilihan yang mudah?' bukankan kecil  itu sepele, remeh dan sederhana? Ketika memulai sebuah usaha dari hal yang kecil, remeh dan sederhana, itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun jika sebuah