* * * *
Aku tuh penasaran berat sama film ini, tapi baru nonton filmnya semalem dan membuatku memincingkan mata.. Mmmm...jadi penasaran sama sutradaranya Carlos Reygadas. Sutradara Mexico angkatan Alejandro Gonjales Inarittu dan punya cara bertutur yang beda banget sama Inarittu. Film ini merupakan film kedua Reygadas setelah film pertamanya, Japon (Japan) dipuji banyak kritikus. Film keduanya ini terasa hening, subtil dan poetic. Meskipun film ini dibuka oleh adegan oral sex yang sangat eksplisit, namun adegan itu justru terasa sangat puitik.
Bercerita tentang Marcos (Marcos Hernandez) dan istrinya (Bertha Ruiz) yang menculit bayi tetangganya untuk mendapatkan uang tebusan. Namun tanpa sengaja, bayi itu mati. Dan film ini berfokus pada pergolakan perasaan Marcos untuk mengatasi rasa bersalahnya ini.
Marcos yang selama ini menjadi supir bagi Ana (Anapola Muskhadiz), Anak jendral militer, mencoba melepaskan beban perasaannya itu dengan membuat pengakuan pada Ana tentang penculikan itu. Ana yang selama ini memilih untuk menjadi PSK untuk kesenangan belaka, mengajak Marcos untuk bercinta dengannya. Meskipun Marcos sangat mencintai istrinya. Saat hari salah satu perayaan umat katolik tiba, Marcos memutuskan untuk ikut dalam pawai para peziarah dan melakukan penebusan dosa.
Secara verbal, film ini mungkin sulit untuk dipahami apa yang sesungguhnya ingin diceritakan. Karena Reygadas memang memilih untuk bercerita lewat bahasa visual yang sangat puitik. Kita bisa melihat pesan yang kuat, ketika Reygadas menampilkan adegan penaikan dan dan penurunan bendera oleh militer di Mexico, dan bagaimana perilaku para peziarah itu ketika mereka ingin melakukan penebusan dosa. Nasionalism dan katolik yang fanatik mewarnai keseharian Mexico. Marcos di sini diposisikan sebagai wakil dari warga Mexico kebanyakan yang menyaksikan semua itu di tengah kemelut persoalannya sendiri.
Aku jadi inget film Why Has Boedhi Dharma Left to The East? karya sutradara Bae Yong Kyun, sangat poetic dan zen. Dan kukira karya Reygadas ini juga terasa sangat katolik mexico dan mistis. Aku jadi melihat sisi lain Mexico yang festive dalam banyak hal, namun menyimpan keheningan dan kebisuan yang sulit dikatakan secara verbal. Tapi kita bisa melihatnya dari pancaran mata Marcos yang mungkin juga mewakili pandangan orang mexico kebanyakan.
Aku tuh penasaran berat sama film ini, tapi baru nonton filmnya semalem dan membuatku memincingkan mata.. Mmmm...jadi penasaran sama sutradaranya Carlos Reygadas. Sutradara Mexico angkatan Alejandro Gonjales Inarittu dan punya cara bertutur yang beda banget sama Inarittu. Film ini merupakan film kedua Reygadas setelah film pertamanya, Japon (Japan) dipuji banyak kritikus. Film keduanya ini terasa hening, subtil dan poetic. Meskipun film ini dibuka oleh adegan oral sex yang sangat eksplisit, namun adegan itu justru terasa sangat puitik.
Bercerita tentang Marcos (Marcos Hernandez) dan istrinya (Bertha Ruiz) yang menculit bayi tetangganya untuk mendapatkan uang tebusan. Namun tanpa sengaja, bayi itu mati. Dan film ini berfokus pada pergolakan perasaan Marcos untuk mengatasi rasa bersalahnya ini.
Marcos yang selama ini menjadi supir bagi Ana (Anapola Muskhadiz), Anak jendral militer, mencoba melepaskan beban perasaannya itu dengan membuat pengakuan pada Ana tentang penculikan itu. Ana yang selama ini memilih untuk menjadi PSK untuk kesenangan belaka, mengajak Marcos untuk bercinta dengannya. Meskipun Marcos sangat mencintai istrinya. Saat hari salah satu perayaan umat katolik tiba, Marcos memutuskan untuk ikut dalam pawai para peziarah dan melakukan penebusan dosa.
Secara verbal, film ini mungkin sulit untuk dipahami apa yang sesungguhnya ingin diceritakan. Karena Reygadas memang memilih untuk bercerita lewat bahasa visual yang sangat puitik. Kita bisa melihat pesan yang kuat, ketika Reygadas menampilkan adegan penaikan dan dan penurunan bendera oleh militer di Mexico, dan bagaimana perilaku para peziarah itu ketika mereka ingin melakukan penebusan dosa. Nasionalism dan katolik yang fanatik mewarnai keseharian Mexico. Marcos di sini diposisikan sebagai wakil dari warga Mexico kebanyakan yang menyaksikan semua itu di tengah kemelut persoalannya sendiri.
Aku jadi inget film Why Has Boedhi Dharma Left to The East? karya sutradara Bae Yong Kyun, sangat poetic dan zen. Dan kukira karya Reygadas ini juga terasa sangat katolik mexico dan mistis. Aku jadi melihat sisi lain Mexico yang festive dalam banyak hal, namun menyimpan keheningan dan kebisuan yang sulit dikatakan secara verbal. Tapi kita bisa melihatnya dari pancaran mata Marcos yang mungkin juga mewakili pandangan orang mexico kebanyakan.
Comments